Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

Guru sebagai Pendidik, Inspirator, dan Pembentuk Karakter

×

Guru sebagai Pendidik, Inspirator, dan Pembentuk Karakter

Sebarkan artikel ini

oleh: Erni Juliana Al-Hasanah Nasution *) Dosen Institute Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD), Jakarta

SELAIN memperingati Hari Pahlawan, pada bulan juga kita memperingati Hari Guru Nasional, yakni setiap 25 November. Bahkan, pada tahun ini, seperti dikatakan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof Dr Abdul Mu’ti, bulan November ditetapkan sebagai Bulan Guru Nasional.

Penetapan ini patut kita apresiasi karena menjadi penghargaan yang tak ternilai bagi guru. Kita tahu, dalam perjalanan hidup kita, ada sosok yang memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian, pengetahuan, dan nilai-nilai moral: seorang guru. Guru bukan hanya pengajar akademik, tetapi juga pembimbing yang memberikan arahan bagi masa depan murid-muridnya. Seperti pepatah mengatakan, “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa,” yang artinya kontribusi mereka begitu besar meski jarang mendapat apresiasi yang layak.

Baca Koran

Ketika Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak karena serangan bom atom Amerika Serikat di penghujung Perang Dunia II, yang menjadi perhatian utama kaisar Jepang ke-124, Hirohito (1901-1989), adalah seberapa banyak guru yang tersisa. Maka ia pun mengumpulkan sekitar 45.000 guru untuk diberi pengarahan. Guru dianggap sebagai sosok yang paling tepat untuk menyemangati masyarakat agar bangkit dari keterpurukan. Hingga saat ini, di Jepang, guru dianggap sebagai salah satu profesi paling mulia jika dibandingkan dengan profesi yang lain.

Sebagai pendidik

Sebagai pendidik, guru adalah sosok yang memegang peran sentral dalam proses pembentukan karakter dan pengembangan intelektual peserta didik. Dalam konsep ini, guru bukan sekadar pengajar yang bertugas mentransfer ilmu, tetapi juga sebagai figur yang bertanggung jawab atas pembentukan nilai-nilai etika, moral, dan sosial pada diri peserta didik. Tugas guru sebagai pendidik mencakup beberapa aspek penting, yaitu sebagai penginspirasi, pemberi motivasi, pembimbing, dan teladan.

Ciri-ciri guru pendidik adalah, pertama, sebagai pembentuk karakter. Seorang guru tidak hanya berperan dalam pencapaian akademis peserta didik, tetapi juga dalam menanamkan karakter yang baik. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan yang holistic, di mana pendidikan bukan hanya menyangkut aspek kognitif, tetapi juga melibatkan aspek afektif dan psikomotorik. Guru sebagai pendidik bertugas mengarahkan siswa agar menjadi pribadi yang jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan mampu berempati terhadap sesama.

Kedua, sebagai teladan (role model). Sebagai pendidik, guru adalah panutan bagi peserta didiknya. Cara guru berbicara, bertindak, serta bagaimana ia menjalankan tugas sehari-harinya memberikan pengaruh langsung pada sikap dan perilaku peserta didik. Keteladanan ini mencakup sikap-sikap positif seperti disiplin, tanggung jawab, empati, dan kejujuran, yang secara tidak langsung ditransfer dari guru kepada muridnya. Dari keteladanan ini, murid belajar secara konkret bagaimana menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, sebagai pemberi motivasi. Guru sebagai pendidik senantiasa memberi motivasi, membangkitkan rasa ingin tahu dan semangat belajar siswa. Dengan sikap motivasional yang tepat, guru dapat menumbuhkan minat belajar, membuat peserta didik merasa tertantang untuk terus mengembangkan diri, dan membantu mereka memahami bahwa belajar bukan sekadar untuk nilai, tetapi untuk membangun keterampilan hidup yang berguna di masa depan.

Keempat, sebagai pembimbing. Sebagai pendidik, guru juga berperan sebagai pembimbing yang menunjukkan arah dan memberi arahan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik. Guru membantu muridnya mengenali bakat dan minat mereka serta mengarahkan mereka pada jalur pengembangan yang sesuai. Dalam peran ini, guru lebih dari sekadar pengajar; ia bertindak sebagai mentor yang membimbing siswa dalam menghadapi tantangan belajar dan kehidupan.

Kelima, sebagai fasilitator pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru pendidik mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, mendukung, dan inklusif. Guru mengarahkan proses belajar mengajar agar peserta didik aktif dan terlibat secara langsung, sehingga mereka dapat menemukan makna dan relevansi dari apa yang dipelajari dengan kehidupan nyata. Sebagai fasilitator, guru perlu menguasai berbagai metode pengajaran serta memahami kebutuhan individu peserta didik untuk memastikan proses pembelajaran berjalan optimal.

Keenam, sebagai pembuka wawasan. Guru sebagai pendidik juga bertugas membuka wawasan peserta didik agar mereka memahami peran dan tanggung jawab mereka sebagai bagian dari masyarakat. Melalui pendidikan, guru membantu peserta didik memahami berbagai nilai kebudayaan, toleransi, dan keberagaman yang ada di masyarakat. Peran ini sangat penting dalam membentuk generasi yang berwawasan luas, kritis, dan toleran.

Baca Juga :  KURANG KREATIF

Sebagai Inspirator

Sebagai inspirator, guru berperan dalam membangkitkan semangat, memotivasi, dan menumbuhkan rasa ingin tahu serta cinta belajar pada diri peserta didik. Sebagai inspirator, guru tidak hanya berfokus pada penyampaian materi, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang menumbuhkan antusiasme dan semangat. Berikut adalah uraian tentang berbagai aspek dari peran guru sebagai inspirator.

Ciri-ciri guru inspirator adalah, pertama, mampu membangkitkan rasa ingin tahu. Sebagai inspirator, guru memiliki peran penting dalam menumbuhkan rasa ingin tahu pada peserta didik. Guru yang inspiratif mampu memicu minat belajar dengan menyajikan materi secara menarik, relevan, dan menantang. Dengan begitu, siswa merasa terdorong untuk mencari tahu lebih dalam dan tidak hanya terpaku pada apa yang ada di dalam buku pelajaran. Misalnya, seorang guru sains bisa menggunakan eksperimen sederhana atau studi kasus yang memancing keingintahuan siswa terhadap fenomena alam.

Kedua, mendorong kreativitas dan pemikiran kritis. Guru sebagai inspirator memberi ruang pada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan berpikir kritis. Inspirasi yang diberikan guru bisa berupa ajakan untuk berani berpikir di luar kebiasaan, mendorong mereka menyampaikan ide-ide baru, dan memberi kebebasan untuk mengeksplorasi cara pandang yang berbeda. Guru inspiratif tidak hanya memberikan jawaban, tetapi juga mengajukan pertanyaan yang merangsang pemikiran mendalam. Misalnya, dengan mengajak siswa untuk berdiskusi, berdebat, atau melakukan proyek penelitian sederhana, guru bisa menginspirasi mereka untuk melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas.

Ketiga, menjadi contoh semangat dan antusiasme dalam belajar. Guru sebagai inspirator menularkan semangat dan antusiasme terhadap belajar melalui sikap mereka sendiri. Guru yang bersemangat saat mengajar menunjukkan bahwa belajar adalah proses yang penuh dengan makna dan kegembiraan. Antusiasme ini sering kali “menular” kepada peserta didik, yang pada gilirannya akan memandang belajar sebagai aktivitas yang menyenangkan. Ketika guru menunjukkan bahwa ia sendiri terus belajar dan berkembang, siswa akan lebih termotivasi untuk mengembangkan potensi diri mereka.

Keempat, membangun keyakinan dan kepercayaan diri pada peserta didik. Seorang guru yang inspiratif membantu peserta didik untuk menemukan dan mempercayai potensi mereka sendiri. Guru memberikan keyakinan bahwa setiap siswa memiliki kemampuan unik yang bisa dikembangkan. Guru yang inspiratif tidak hanya fokus pada siswa yang berprestasi tinggi, tetapi juga memberi perhatian dan dukungan pada siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar. Dukungan ini membuat siswa merasa lebih percaya diri dan terus berusaha, terlepas dari tantangan yang dihadapi.

Kelima, mendorong siswa untuk mengikuti impian mereka. Guru sebagai inspirator membantu siswa untuk memahami bahwa mereka memiliki kebebasan untuk bermimpi dan meraih impian tersebut. Dengan memberikan dukungan, dorongan, serta memberi pandangan yang luas mengenai berbagai pilihan hidup, guru menginspirasi siswa untuk mengembangkan tujuan dan cita-cita yang besar. Misalnya, melalui bimbingan karier atau dorongan untuk mengejar passion, guru membantu siswa merasa yakin bahwa impian mereka dapat diwujudkan.

Sebagai pembentuk karakter

Makna guru sebagai pembentuk karakter adalah peran seorang guru dalam menanamkan nilai-nilai moral, etika, serta sikap positif kepada peserta didik agar mereka tumbuh menjadi individu yang berintegritas dan memiliki kepribadian yang baik. Tugas ini melibatkan pengembangan aspek afektif siswa, seperti sikap, nilai, dan kebiasaan yang mendukung perkembangan karakter positif. Adapun ciri-ciri peran guru sebagai pembentuk karakter, adalah:

Pertama, berperan dalam menanamkan nilai-nilai moral. Guru sebagai pembentuk karakter bertanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan empati. Nilai-nilai ini membantu membangun fondasi etika yang kokoh pada peserta didik sehingga mereka mampu membedakan antara yang benar dan salah, serta memahami dampak dari setiap tindakan mereka. Guru yang baik akan mengajarkan bahwa nilai-nilai ini adalah bagian penting dari kehidupan, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

Baca Juga :  Potret Guru Hari Ini

Kedua, mengembangkan sikap positif. Sebagai pembentuk karakter, guru berperan dalam mengembangkan sikap-sikap positif, seperti rasa percaya diri, ketekunan, dan disiplin pada peserta didik. Sikap-sikap ini mendukung pembentukan kepribadian yang kuat dan tahan uji dalam menghadapi tantangan. Misalnya, dengan memberikan dukungan saat siswa mengalami kegagalan, guru membantu mereka belajar untuk bangkit dan berusaha lebih baik, yang akhirnya menumbuhkan sikap pantang menyerah.

Ketiga, menanamkan disiplin dan tanggung jawab. Guru sebagai pembentuk karakter bertanggung jawab untuk menanamkan disiplin dan tanggung jawab pada siswa. Ini dapat dilakukan melalui pengaturan aturan kelas, pengawasan pelaksanaan tugas, serta penguatan kebiasaan-kebiasaan baik. Guru yang konsisten dalam menerapkan disiplin dan memberikan tanggung jawab akan membantu siswa memahami pentingnya memenuhi kewajiban dan menghormati aturan. Disiplin ini menjadi dasar dalam membentuk karakter siswa yang teratur dan bertanggung jawab di kemudian hari.

Keempat, mengajarkan empati dan kepedulian. Guru sebagai pembentuk karakter juga harus mengajarkan pentingnya empati dan kepedulian terhadap sesama. Dengan membangun sikap peduli pada orang lain, siswa akan memahami pentingnya saling membantu dan bekerja sama dalam komunitas. Guru dapat mendorong hal ini melalui kegiatan kolaboratif, diskusi tentang isu-isu sosial, atau kegiatan pengabdian masyarakat. Pengalaman-pengalaman ini membantu siswa belajar untuk lebih menghargai perbedaan dan menumbuhkan kepedulian terhadap sesama.

Kelima, membentuk kemandirian dan daya juang. Guru yang berperan dalam pembentukan karakter akan membantu siswa menjadi individu yang mandiri dan memiliki daya juang. Kemandirian dan daya juang adalah karakter penting yang akan membantu siswa menghadapi tantangan hidup. Guru bisa mendorong siswa untuk belajar mandiri, menyelesaikan tugas tanpa bantuan yang berlebihan, dan berusaha mencapai tujuan mereka sendiri. Kemandirian ini juga dapat ditumbuhkan melalui tugas-tugas yang mengajarkan siswa untuk mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas pilihan mereka sendiri.

Keenam, menumbuhkan toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman. Guru juga berperan dalam menumbuhkan sikap toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman. Dalam konteks masyarakat yang majemuk, kemampuan untuk menerima perbedaan adalah karakter yang sangat penting. Guru yang membentuk karakter siswa akan mendorong mereka untuk memahami dan menghargai keberagaman dalam agama, budaya, dan pandangan hidup. Kegiatan diskusi, permainan peran, dan pengenalan budaya lain adalah beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa menghargai perbedaan.

Ketujuh, menumbuhkan semangat kebersamaan dan kolaborasi. Sebagai pembentuk karakter, guru juga mengajarkan pentingnya kerja sama dan semangat kebersamaan. Dalam berbagai kegiatan, guru dapat mendorong siswa untuk bekerja dalam kelompok dan berkolaborasi dengan sesama. Melalui kerja sama, siswa belajar untuk menghargai pendapat orang lain, berbagi tugas, dan mencapai tujuan bersama. Hal ini membentuk karakter yang tidak egois, tetapi mampu bekerja dalam tim dan menghormati peran masing-masing.

Peran guru sebagai pembentuk karakter mencakup berbagai aspek pengembangan kepribadian yang positif, mulai dari penanaman nilai moral, sikap disiplin, dan empati, hingga pengajaran tentang toleransi dan kerja sama. Guru yang berperan sebagai pembentuk karakter tidak hanya mendidik untuk kecerdasan akademik, tetapi juga membimbing siswa untuk menjadi pribadi yang berintegritas, bertanggung jawab, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat. Dengan demikian, guru sebagai pembentuk karakter memiliki peran krusial dalam membangun fondasi karakter generasi penerus yang akan membawa bangsa ke arah yang lebih baik.

Selain peran akademis, guru berperan besar dalam pembentukan karakter siswa. Mereka mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin, yang menjadi fondasi bagi kehidupan bermasyarakat. Banyak guru mengintegrasikan pelajaran moral dalam metode mengajar mereka, baik secara eksplisit melalui diskusi atau secara implisit melalui teladan mereka sendiri. Guru yang baik adalah panutan yang tidak hanya berbicara tentang kebaikan, tetapi juga menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

Iklan