Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

TAKDIR

×

TAKDIR

Sebarkan artikel ini
Ahdiat Gazali Rahman
H AHDIAT GAZALI RAHMAN

Oleh : H AHDIAT GAZALI RAHMAN

Takdir, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti ketentuan atau ketetapan Allah SWT, yang sudah ditetapkan sejak zaman azali. Sedangkan menurut Islam, takdir merupakan sebuah sebutan atas pengetahuan Allah SWT yang meliputi seluruh alam. Allah SWT menulis segala peristiwa yang terjadi, baik kepada alam maupun manusia. Dalam kamus Bahasa Arab karya Mahmud Yunus, kata takdir berasal dari kata qadara. Artinya ketentuan karena sesungguhnya Allah SWT telah menentukan suatu perkara atas kehendak-Nya. Sedangkan kata qadara dengan tambahan tasydid diartikan dengan Allah SWT telah menjadikan seseorang itu berkuasa melakukan sesuatu dengan kadarnya atau kemampuannya. Sebagaimana hadis Nabi, beliau bersabda “… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”. (Muslim) 

Baca Koran

Meyakini adanya takdir adalah kewajiban semua umat Islam, karena ini termasuk Rukun Iman, yakni beriman kepada Qada dan Qadar atau takdir Allah SWT. Pertanyaannya untuk apa membelajari dan mengerti tentang takdir? Adalah untuk menumbuhkan rasa siap menerima apa akan menimpa kita baik dahulu, sekarang dan yang akan datang, kita sebagai makhluk ciptaannya hanya mampu berusaha, sedangkan apa yang terjadi pada kita dan alam sekitarnya adalah kehendakNya. Sehingga akan lahir insan yang selalu bersyukur dan tak pernah menyalahkan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, jika sebuah usaha yang telah dilakukan maksimal menemui kegagalan. Agar dapat menerima takdir, kita harus mengetahui dan menyakini minimal empat prinsip takdir.

Menurut berapa ulama yang sangat mengerti tentang keimanan terhadap takdir dalam Islam harus mencakup empat prinsip, yakni : 1. Prinsip takdir pertama, ialah mengimani bahwa Allah SWT mengetahui dengan ilmunya yang azali dan abadi tentang segala sesuatu. Baik perkara yang kecil maupun yang besar, yang nyata maupun yang tersembunyi, baik itu perbuatan yang dilakukan oleh Allah SWT, maupun perbuatan makhluknya. Semuanya terjadi dalam pengetahuan dan kehendak Allah SWT. Sebagaiman firman Allah SWT, “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di Langit dan di Bumi?” (QS. Al Hajj : 69); 2. Prinsip takdir kedua, ialah mengimani bahwa Allah SWT telah menulis dalam lauhul mahfudz catatan takdir segala sesuatu sampai hari kiamat. Tidak ada sesuatupun yang sudah terjadi, maupun yang akan terjadi kecuali telah tercatat. Sebagaimana firman Allah SWT, “Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”. (QS.

Baca Juga :  Moderasi Beragama Untuk Indonesia Emas

Al Hajj : 70). “Dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”.(QS. Al An’am : 59); 3. Prinsip takdir ketiga, ialah mengimani bahwa kehendak Allah SWT meliputi segala sesuatu, baik yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi.Semuanya terjadi atas kehendak Allah SWT, baik itu perbuatan Allah SWT sendiri maupun perbuatan makhluknya, sesuai firman Allah SWT dalam surat Az Zumarayat ayat 62; 4. Prinsip takdir keempat, ialah mengimani dengan penciptaan Allah SWT karena menciptakan segala sesuatu baik yang besar maupun kecil, yang nyata dan tersembunyi. Ciptaan Allah SWT mencakup segala sesuatu dari bagian makhluk beserta sifat-sifatnya. Perkataan dan perbuatan makhluk pun termasuk ciptaan Allah SWT, “Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi”.(QS. Az Zumar : 63). “Padahal Allah-lah yang menciptaka

n kamu dan apa yang kamu perbuat itu.”. (QS. As Shafat : 96).

Iklan
Iklan