Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Kalsel Darurat Kekerasan Seksual

×

Kalsel Darurat Kekerasan Seksual

Sebarkan artikel ini

Oleh : Rara Nelia
Mahasiswa Kesehatan

Kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Kalimantan Selatan telah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Dalam tiga tahun terakhir, tercatat lebih dari 300 kasus kekerasan seksual, sebagian besar menimpa anak-anak. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan gambaran nyata betapa masyarakat sedang menghadapi krisis moral dan sistemik yang mendalam.

Baca Koran

Kekerasan di ruang aman

Yang paling menyedihkan, lingkungan terdekat yang seharusnya aman dan melindungi—seperti rumah dan sekolah—justru menjadi tempat terjadinya kekerasan. Ini menunjukkan bahwa kerusakan nilai tidak lagi hanya terjadi di ruang publik, tapi sudah meresap ke ruang domestik dan pendidikan. Banyak korban adalah anak-anak yang bahkan belum memahami sepenuhnya apa yang menimpa mereka.

Hal ini menunjukkan kegagalan sistem dalam membangun pagar pelindung moral dan sosial. Institusi yang mestinya menjadi tempat pembentukan karakter malah gagal menanamkan nilai perlindungan, empati, dan penghormatan terhadap tubuh serta martabat manusia.

Penegakan hukum lemah

Salah satu penyebab utama tingginya angka kekerasan seksual adalah lemahnya sistem hukum yang berlaku. Banyak pelaku tidak mendapat hukuman maksimal, bahkan beberapa kasus diselesaikan secara kekeluargaan. Praktik ini justru menciptakan impunitas, membiarkan pelaku bebas dan memberi sinyal buruk bahwa kejahatan semacam ini masih bisa dinegosiasikan.

Penanganan yang lambat dan tumpul ini memperburuk trauma korban, yang tidak hanya menderita fisik dan psikologis, tetapi juga merasa tidak mendapat keadilan dari negara. Padahal, perlindungan terhadap korban seharusnya menjadi prioritas utama dalam sistem hukum yang adil dan berpihak pada keadilan sejati.

Akar Krisis

Kekerasan seksual tidak berdiri sendiri sebagai kesalahan moral individu semata. Ia adalah gejala dari sistem kehidupan sekular kapitalistik yang memisahkan nilai agama dari kehidupan publik. Sistem ini menempatkan kebebasan tanpa batas sebagai prinsip utama, termasuk dalam hal perilaku seksual dan ekspresi media.

Baca Juga :  Selamatkan Generasi dari Jeratan Judi Online

Akibatnya, liberalisasi seksualitas merajalela melalui tayangan vulgar, media sosial tanpa filter, serta konten hiburan yang menggiring persepsi seksual sebagai sesuatu yang bebas dan sah untuk dieksplorasi di ruang publik. Sayangnya, negara gagal bertindak tegas terhadap produsen dan penyebar konten-konten ini. Tidak ada pengawasan ketat, tidak ada regulasi yang berpihak pada perlindungan generasi.

Dalam sistem kapitalisme, segala sesuatu diukur dengan untung dan rugi materi, termasuk industri hiburan dan media. Maka wajar bila konten seksual laris manis tanpa memperhatikan dampak sosial dan psikologisnya, terutama bagi anak-anak.

Solusi Menyeluruh, Bukan Parsial

Sebagai solusi, pendekatan Islam kaffah yang menyeluruh, tidak sekadar respons reaktif atau tambal sulam. Islam menawarkan kerangka sistemik untuk mencegah, menghukum, dan merehabilitasi dalam satu kesatuan panduan hidup: 1. Penegakan hukum hudud. Islam menetapkan hukuman yang tegas dan menjerakan untuk pelaku zina dan pelecehan seksual, termasuk hukuman cambuk atau rajam jika terbukti bersalah. Hukum ini bukan sekadar balas dendam, tetapi pagar perlindungan terhadap martabat manusia dan rasa aman masyarakat; 2. Pemisahan interaksi laki-laki dan perempuan dalam ranah publik. Islam mengatur pergaulan antara laki-laki dan perempuan secara jelas dan tegas, bukan untuk mendiskriminasi, tetapi untuk mencegah fitnah dan meminimalkan peluang terjadi pelanggaran kesucian. Pemisahan ini berlaku dalam konteks sosial, pendidikan, hingga ruang kerja, dengan tetap menjamin hak dan aktivitas produktif perempuan secara adil; 3. Peran negara sebagai pelindung dan pendidik. Negara dalam Islam berfungsi tidak hanya sebagai penegak hukum, tetapi juga pendidik akhlak masyarakat dan penjaga peradaban. Negara akan menindak tegas media yang merusak moral, sekaligus menyediakan konten-konten edukatif yang membangun pola pikir sehat dan mulia; 4. Pendidikan berbasis akidah Islam. Solusi jangka panjang yang sangat penting adalah pendidikan generasi berdasarkan akidah Islam. Anak-anak tidak hanya diajarkan keterampilan teknis, tetapi juga nilai moral, akhlak, dan tanggung jawab sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Dengan demikian, generasi baru tumbuh sebagai pribadi yang memahami batasan, menjaga kehormatan diri dan orang lain.

Iklan
Iklan