Oleh : Meita Ciptawati
Pemerhati Sosial Kemasyarakatan
Gaza – Israel masih terus melancarkan serangan di Jalur Gaza, Palestina, bahkan saat hari raya Idul Adha. Tercatat sebanyak 38 orang tewas akibat serangan tersebut. (detik.news.com, 7/6/2025). Pemboman ke Gaza masih terus berlangsung. Secara membabi buta rumah-rumah, pengungsian bahkan rumah sakit warga Gaza terus di bombardir Israel. Semenjak 7 Oktober 2025 sudah lebih dari 45.000 korban dalam genosida.
Sudah hampir terlupakan oleh kaum muslimin. Bahkan dianggap menjadi hal biasa tentang cerita warga Gaza. Padahal satu jiwa kaum muslimin lebih berarti dibandingkan hancurnya Ka’bah.
Seandainya bukan karena kekuatan keimanan warga Gaza mungkin mereka bisa gila, karena dasyatnya penyerangan atas mereka. Warga Gaza kehilangan rumah dan anggota keluarganya bahkan ada yang hanya bersisa dirinya saja. Tetapi mereka masih kuat berdiri menjalani kehidupan. Bayangkan jika kita diposisi warga Gaza belum tentu mampu menghadapi semuanya.
Mungkin ada sebagian kaum muslimin yang bertanya-tanya mengapa Palestina menjadi tempat rebutan dan posisi sekarang terus diserang? Palestina adalah negeri para nabi dan rasul yang memang Allah telah berkahi, posisi wilayah Masjidil Aqsha yang menjadi mesjid utama kedua setelah masjidil haram yang ketika kita sholat di dua mesjid itu pahalanya banyak.
Wilayah Palestina itu adalah tempat suci tiga agama, yaitu Nasrani, Yahudi dan Islam. Kaum Yahudi berpendapat bahwa di bawah Masjidil Aqsha ada peninggalan harta kerajaan Sulaiman. Dan mereka juga punya tembok ratapan disamping wilayah Masjidil Aqsha. Sampai hari kiamat pun tempat suci itu akan terus diperebutkan.
Palestina dapat dibebaskan kaum muslimin pada masa Khalifah Umar bin Al Khattab ra., tahun 637 M (15 H), dari kekaisaran Byzantium Romawi.
Kemudian setelah Palestina dijajah 88 tahun oleh tentara Salib Kristen, kembali dibebaskan oleh kaum muslimin pada tahun 1187 M oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Ketika Islam memimpin dunia, Palestina menjadi negeri aman tiga agama. Nasrani, Yahudi dan Islam hidup rukun bersama.
Tak gentarnya kaum muslimin di Gaza karena keimanan sekuat baja, walaupun dunia melupakannya.
Keimanan mereka bukan begitu saja terbentuknya, warga Palestina sangat erat hubungannya kekeluargaannya. Pembinaan Aqidah Islam yang dilakukan orang tua terhadap anaknya sangatlah kuat. Dari kecil mereka paham bahwa yang wajib menjaga tanah suci Palestina adalah mereka. Mereka adalah generasi terbaik, generasi sang penakluk, sebagaimana nenek moyang mereka.
Palestina tak bisa dimusnahkan, semangat jihad dan kemenangan tak bisa diredam. Sehebat apapun bom yang diluncurkan Israel tak akan mematikan aqidah dan semangat mereka dalam mempertahankan negeri yang di berkahi.
Tapi perjuangan mereka tidaknya seimbang dengan kekuatan negara adidaya, anak emas dari negara superpower ada dibelakangnya. Tidak seimbang jika sekelompok orang melawan negara.
Telah lupakah kaum muslimin dengan hadits kaum muslimin bagai satu tubuh? Artinya saat ini kaum muslimin harusnya satu kesatuan yang tak terpisahkan, saling membela dan memberikan pertolongan. Sayangnya hadits itu terlupakan.
Pemimpin bangsa Arab yang sangat dekat dengan Palestina memilih mencari aman, lebih baik menjalin hubungan baik dengan negara Amerika Serikat daripada menolong warga Gaza. Masih menjalin hubungan perdagangan dengan kaum penjajah. Padahal kaum muslimin haram menjalin hubungan dengan kafir harbi (kafir yang memerangi kaum muslimin).
Serangan kafir barat adalah sekat nasionalisme menjadikan negeri-negeri kaum muslimin terpisah-pisah. Mereka tidak bersatu sehingga mudah diserang dari berbagai arah. Dengan itu penjajahan terus berlangsung. Muncullah pemimpin boneka yang mengkhianati kepercayaan rakyatnya. Padahal mereka sendiri bagian dari kaum muslimin.
Palestina sampai kapanpun Allah jaga keimanan mereka. Dan Allah tidak akan pernah membiarkan kaum musyrikin menguasai kaum muslimin. Artinya tanpa kitapun mereka terus bertumbuh dan jadi pemenangnya.
Tapi apa nanti hujjah kita diakhirat kelak ketika semua warga Palestina yang syahid mengadukan kepada Allah, ainal muslimin?
Maka dari itu pentingnya ada persatuan umat yang kompak melawan penjajah, tak pernah takut terhadap apapun kecuali Penciptanya. Dan kaum muslimin bersatu dalam barisan yang rapi dan mempunyai komando yang memimpin mereka. Pemimpin yang berani membela mereka sampai nyawa taruhannya. Bersatu mengusir penjajah yang dibandingkan jumlah kaum muslimin seluruhnya mereka itu kecil. Wallahu ‘alam bis sawab