(Refleksi Tahun Baru Islam 1447 Hijriah)
Oleh : Ahmad Syawqi
Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin
Di tengah riuhnya notifikasi dan derasnya arus informasi di layar gadget kita, tak lama lagi, tepatnya Jumat, 27 Juni 2025, kita akan menyambut fajar 1 Muharram 1447 Hijriah. Momen Tahun Baru Islam ini adalah pengingat abadi akan sebuah perjalanan agung Hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Sebuah perpindahan yang bukan hanya mengubah tempat, tapi juga paradigma, strategi, dan takdir sebuah peradaban.
Kini, di abad ke-21, semangat hijrah itu perlu kita hadirkan kembali, khususnya dalam sebuah profesi mulia yang menjadi gerbang ilmu di tengah masyarakat: Pustakawan. Tema “Hijrah Pustakawan” mengambil spirit perpindahan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, bukan sekadar fisik, melainkan perpindahan paradigma, strategi, dan relevansi. Dalam konteks kekinian di era digital ini adalah ajakan bagi para Pustakawan sebagai AKTOR utama penyedia pelayan informasi di perpustakaan untuk melakukan transformasi mendalam agar tetap menjadi mercusuar ilmu di tengah gelombang informasi yang tak berujung.
Pustakawan Perlu Berhijrah?
Dulu, pustakawan adalah penjaga gerbang ilmu, penyusun katalog buku fisik. Kini, zaman telah berubah drastis dan gerbang itu telah runtuh dan digantikan oleh portal digital yang tak terbatas. Sebuah data dari We Are Social dan Kepios (2024) menyebutkan bahwa 90,8% pengguna internet di Indonesia mencari informasi online. Ini artinya, masyarakat jauh lebih sering “bertanya” pada Google atau media sosial ketimbang datang ke rak-rak buku. Jika pustakawan tidak berhijrah, tetap pada peran lama, mereka terancam kehilangan relevansi. Inilah mengapa mereka perlu berhijrah sebagai bentuk transformasi kekinian.
Dulu, tugas utama Pustakawan adalah menjaga merawat buku. Kini, buku bisa diakses di mana saja. Hijrah pustakawan berarti Pustakawan tak lagi sekadar penjaga buku fisik, WAJIB beralih pindah menjadi Pemandu Ahli (NAVIGATOR) di lautan informasi digital. Pustakawan membantu masyarakat membedakan fakta dari hoax. Pustakawan modern adalah kompas yang menuntun kita dalam mencari mengidentifikasi pengetahuan menemukan informasi yang benar-benar valid dan terpercaya. Ini adalah tabayyun (verifikasi) ala pustakawan dalam konteks kekinian, tugas mulia untuk menjaga masyarakat dari informasi sesat.
Perpindahan dari Ruang Fisik ke Ruang Virtual. Perpustakaan bukan lagi hanya gedung berbau buku lama. Pustakawan perlu berhijrah ke ranah online, membangun kehadiran digital yang kuat. Mereka harus aktif di media sosial, menciptakan e-resources yang menarik dan mudah diakses untuk menjangkau khalayak yang lebih luas, serta menyelenggarakan program literasi secara daring untuk menjangkau khalayak yang lebih luas, termasuk masyarakat yang kini semakin akrab dengan teknologi.
Perpindahan dari pemberi layanan Pasif menjadi agen Proaktif. Dulu, pustakawan menunggu pengunjung datang. Kini, mereka perlu proaktif “menjemput bola.” Ini berarti berhijrah dari peran pasif menjadi agen literasi dan inovasi. Mereka mengidentifikasi kebutuhan informasi masyarakat, merancang program-program edukasi digital, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menyebarkan semangat membaca dan melek informasi.
Dimensi Hijrah Pustakawan
Hijrah pustakawan bukanlah sekadar pindah lokasi kerja, tapi sebuah transformasi menyeluruh dalam beberapa dimensi. Pertama, Hijrah Paradigma (Mindset Shift). Pustakawan harus mengubah cara pandang mereka. Dari “Buku” ke “Pengetahuan”. Mereka perlu memahami bahwa inti tugasnya adalah memfasilitasi akses ke pengetahuan, bukan hanya media penyimpanannya. Pengetahuan kini bisa datang dalam bentuk e-book, jurnal online, database, podcast, video edukasi, hingga webinar. Koleksi perpustakaan modern harus mencakup semua format ini. Dari “Individual” ke “Kolaboratif”: Pustakawan tak bisa lagi bekerja sendiri. Mereka harus berhijrah dari “menara gading” menjadi kolaborator aktif. Bekerja sama dengan guru, dosen, komunitas literasi, pegiat media sosial, bahkan pemerintah adalah kunci untuk memperluas jangkauan literasi.
Kedua, Hijrah Keterampilan (Skill Transformation). Kemampuan teknis adalah fondasi hijrah ini, yaitu kemampuan Literasi Digital, dimana Pustakawan harus menguasai pencarian informasi canggih, memahami algoritma media sosial, mampu mengelola dan mengamankan data digital, serta piawai menggunakan berbagai software perpustakaan digital dan platform belajar online. Kemudian kemampuan Keterampilan Komunikasi dan Pemasaran Digital. Pustakawan perlu belajar cara membuat konten menarik, mengelola akun media sosial perpustakaan, merancang infografis literasi, dan mempromosikan layanan secara efektif agar menarik minat masyarakat, khususnya generasi muda yang melek digital. Termasuk juga kemampuan Analisis Data yaitu memahami data penggunaan e-resources, tren pencarian informasi, dan perilaku pengguna online untuk mengoptimalkan layanan dan mengembangkan koleksi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Ketiga, Hijrah Layanan (Service Innovation). Inovasi layanan adalah hasil nyata dari hijrah ini. Layanan Virtual Proaktif: Pustakawan bisa mengembangkan layanan chat-bot untuk pertanyaan referensi, mengadakan bimbingan riset online, webinar literasi interaktif, hingga kursus singkat tentang digital citizenship yang semuanya bisa diakses dari rumah. Literasi Media & Informasi (LMI) sebagai Pilar Utama: Pustakawan menjadi garda terdepan dalam mengedukasi masyarakat tentang bahaya hoax, filter bubble (gelembung informasi), echo chamber (ruang gema), dan pentingnya berpikir kritis. Mereka adalah agen tabayyun di era digital, membantu masyarakat menyaring informasi yang benar dan bermanfaat. Pustakawan sebagai “Kreator Konten Literasi”: Mereka tak hanya menyediakan buku, tapi juga membuat konten-konten edukatif dan menarik tentang ulasan buku, tips membaca, sejarah lokal atau bahkan pembahasan topik-topik keislaman yang relevan dalam format video pendek, podcast, atau infografis yang viral.
Pada akhirnya, hijrahnya pustakawan ini bukan hanya untuk keberlangsungan profesi mereka semata. Pustakawan sebagai “Pemandu Hijrah” Masyarakat. Ini adalah sebuah misi mulia untuk mencerdaskan masyarakat di tengah gelombang informasi yang tak terkendali. Dengan berhijrah, PUSTAKAWAN menjadi JEMBATAN PENGETAHUAN yang menghubungkan setiap individu dengan sumber informasi terpercaya, baik dari lembaran kitab kuno maupun dari ribuan database digital; PENANGKAL KEBODOHAN DIGITAL yang membantu masyarakat agar terhindar dari hoax, informasi sesat, dan konten negatif yang marak di dunia maya, yang dapat memecah belah dan menyesatkan; INSPIRATOR LITERASI yang Menggerakkan minat baca dan belajar sepanjang hayat, membangun budaya literasi yang kuat di setiap keluarga dan komunitas, sehingga setiap warga bisa menjadi pembelajar mandiri yang kritis dan bijak.
Di momen 1 Muharram 1447 Hijriah yang penuh berkah ini, mari kita dukung penuh para pustakawan kita untuk terus berhijrah. Karena di tangan mereka, harapan akan masyarakat yang cerdas, kritis, dan berpengetahuan luas di era digital ini, akan terus menyala. Mereka adalah mercusuar ilmu yang tak akan pernah padam, selama mereka terus berhijrah dan berinovasi.