Iklan
Iklan
Iklan
OPINI

Banjir Melanda Banua

×

Banjir Melanda Banua

Sebarkan artikel ini

Oleh : Sarinah A
Penggiat Pena Banua

Musim hujan telah tiba dan melanda hampir seluruh wilayah Indonesia, salah satunya wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagaimana dikutip dari laman Media Indonesia, sedikitnya enam dari 13 Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan dilanda banjir, menyusul tingginya intensitas hujan yang turun di wilayah tersebut dalam beberapa waktu terakhir. Data Pusdalops Badan Pengendalian Bencana Daerah Kalimantan Selatan menyebutkan enam wilayah yang dilanda banjir meliputi Kabupaten Banjar, Tapin, Hulu Sungai Utara, Tabalong, dan Kota Banjarbaru (Media Indonesia, 7/02/20).

Android

Banjir merupakan bencana yang selalu ada hampir di wilayah Indonesia. Banjir terjadi bukan hanya karena proses alam, tapi lebih besar disebabkan ulah manusia yang tidak menjaga bumi dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo menegaskan besarnya bencana terutama banjir, kebakaran hutan dan lahan terjadi lebih banyak akibat ulah manusia merusak alam. Sementara untuk bencana banjir dan tanah longor, Doni memberikan contoh banjir dan longsor di Bengkulu, terjadi akibat pembukaan perkebunan sawit dan tambang yang mengakibatkan daerah resapan air berkurang (Gatra.com, 17/06/19).

Jika dikaitkan dengan hal diatas tentu bisa menjadi benang merah, bahwa banjir yang melanda banua kita saat ini terjadi bukan tanpa alasan, tapi sebagai peringatan pada kita, bahwa ada terjadi kesalahan dalam mengelola lingkungan. Kita tahu bahwa beberapa Kabupaten di Kalimantan Selatan memiliki lahan pertambangan seperti wilayah Tapin dan Tanjung dan lahan sawit. Akibat ini lah kerusakan alam muncul contohnya banjir yang terjadi hari ini, dan di dukung oleh penggundulan hutan ilegal yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. Tentu ini menjadi catatan penting bagi Pemerintah Daerah terkait untuk mengkaji berbagai regulasi yang berkenaan dengan hal itu agar tidak merugikan masyarakat luas dan lingkungan kedepannya.

Tambang merupakan kekayaan alam, yang dalam islam seharusnya adalah milik umat dan dikelola untuk kesejahteraan umat. Namun hari Ini Tambang hanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki banyak modal. Memberikan keuntungan untuk satu pihak, tapi merugikan pihak lain utamanya masyarakat sekitar yang menjadi korban akibat kegiatan pertambangan tersebut. Beginilah yang terjadi jika kita berada di sistem kapitalisme, sistem yang hanya menguntungkan pihak pemodal dan menginjak masyarakat dibawahnya. Sistem yang salah dan bertentangan dengan islam. Akibatnya berbagai permasalahan muncul dari sosial hingga bencana alam seperti banjir. Akibat perbuatan manusia merusak alam hanya untuk mencari keuntungan kelompoknya semata, masyarakat disekitar menjadi korban.

Memang sudah sepatutnya kita sadar, bahwa saat ini hanya islam lah yang mampu menjaga manusia dan alam sekalipun. Islam memiliki aturan yang sempurna. Islam mempunyai berbagai macam peraturan yang bersumber dari wahyu Allah SWT dan risalah Rasulullah SAW untuk menjadi pemecah yang shahih terhadap berbagai masalah kehidupan, termasuk masalah bencana alam. Dalam islam, lingkungan harus dikelola sebaik mungkin dan tidak boleh merusaknya, karena ini perbuatan yang tercela. Serta pemimpinnya tidak akan lalai dengan hal ini, karena setiap kepemimpinannya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Maka beginilah Islam mengajarkan sesuatunya dengan indah dan penuh maslahat, tak pernah ia memberikan kemudaratan bagi umat. Karena islam bersumber dari yang menciptakan kita, bumi, dan seisinya. Maka hanya Dia yang tahu apa yang terbaik untuk ciptaan-Nya melalui petunjuk-Nya yaitu Alqur’an dan hadits Rasulullah SAW. Wallahua’lam.

Iklan
Iklan