Iklan
Iklan
Iklan
OPINI

Corona dan Kepedulian Sosial

×

Corona dan Kepedulian Sosial

Sebarkan artikel ini

Oleh : H. Ahdiat Gazali Rahman
Pengamat Sosial, Tinggal di Amuntai

Nama Corona diambil dari Bahasa Latin yang berarti mahkota, sebab bentuk virus Corona memiliki paku yang menonjol menyerupai mahkota dan korona matahari. Virus Corona bersifat zoonosis, artinya ia merupakan penyakit yang dapat ditularkan antara hewan dan manusia. Rabies, malaria merupakan contoh dari penyakit zoonosis yang ada. Begitu pula dengan MERS yang ditularkan dari unta ke manusia. Virus Corona bertanggung jawab atas beberapa wabah di seluruh dunia, termasuk pandemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) 2002-2003 dan wabah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) di Korea Selatan pada tahun 2015. Baru-baru ini, virus Corona baru muncul dan dikenal sebagai COVID-19 memicu wabah di Cina pada Desember 2019. Pertama kali muncul dan menyebar ke manusia berasal dari Kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Setelah ditelusuri, ternyata beberapa orang yang terinfeksi memiliki riwayat yang sama, yaitu mengunjungi pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan, dan akhirnya merebak di berbagai Negara, sehingga WHO mendeklarasikannya sebagai pandemi global. Virus Corona atau COVID-19 tengah menghebohkan dunia. Penyebarannya yang cepat dalam waktu yang sangat singkat membuat WHO menaikkan status Corona menjadi pandemi global. Meskipun jumlah yang sembuh terhitung banyak, namun jumlah kematian juga terus mengalami peningkatan. Hanya dalam hitungan hari, virus Corona telah mengempar kan dunia, dan membuat ciut para petinggi Negara didunia, termasuk para petinggi Negara ini.

Android

Penyebarannya pun hingga sekarang diprediksi masih jauh dari kata berhenti. Pasalnya, jumlah kasus penyakit menular ini terus meningkat, khususnya di negara-negara yang menjadi pusat penularan baru seperti Italia dan Iran. World Health Organization (WHO) sendiri telah menetapkan penyakit akibat virus ini sebagai pandemi global, berarti bahwa penularan dan ancamannya telah melampaui batas-batas antarnegara. Kewaspadaan berbagai negara dan masyarakat internasional pun semakin memuncak.

Corona di Indonesia.
Pemerintah Indonesia sudah mengumumkan kasus pertama virus Corona di Indonesia. Berawal dari adanya Warga Negara Asing (WNA) asal Jepang yang positif Corona mengunjungi Indonesia. WNA Jepang itu ternyata sudah terinfeksi virus COVID-19 saat datang ke Indonesia. Warga Negeri Sakura itu sempat menemui kerabatnya seorang perempuan (64 tahun) dan anaknya (31 tahun) yang bermukim di Depok.

Jika memperhatikan data tersebut maka kita dapat menyimpulkan adanya kelalaian dari Negara, khususnya mereka yang berada diujung tombak tempat masuknya wabah itu, saat itu semua Negara di dunia telah menutup pintu atau paling tidak mengawasi setiap orang masuk negaranya, bahkan ada beberapa orang yang ditolak kehadirannya di salah satu Negara. Pertanyaannya kenapa orang itu dapat dengan mudah ke Indonesia? Apalagi jika dihubungkan dengan kesiapan Negara dan mahasiswa anak negeri tercinta ini yang pulang dari Cina, harus rela diasingkan Pulau Ranai, Natuna. Hanya agar mereka tak terjangkit virus itu, mereka rela meninggal tugas, studi mereka demi menjaga agar virus itu tertular pada mereka, merekapun rela dikarantina selama 15 hari di pulau yang sangat jauh dari keramaian kota.

Kepedulian Sosial

Diawali pro dan kontra tentang kedatangan anak negeri yang dipulang dari Negara Cina ke Indonesia, tujuan mulia Negara agar anak negeri di masa depan terhindar dari virus tersebut. Untuk menstabilkan mereka maka mereka lebih dahulu diasingkan agar mereka yang datang dari Negara yang dilanda virus Corona itu, tidak dicurigai menyebarkan virus tersebut ke daerahnya, pemerintah menetapkan sebuah pulau Ranai, Natuna, Batam. Banyak penduduk yang tak suka kedatangan mereka, bahkan melakukan ada yang melakukan demo agar warga yang datang dari Cina itu tak ditempatkan di tempat itu.

Setelah virus ini merebak dari Depok, Bekasi dan Jakarta, serta daerah lainnya di Indonesia, termasuk di Kalimantan Selatan, kepedulian itu makin sirna. Walaupun pada Haul Guru Sekumpul, kepedulian masyarakat Kalsel. Kalteng dan Kaltim sempat bangkit, namun dengan merebaknya virus Corona ini, kepedulian masyarakat menurun. Hal ini bisa dibuktikan, dengan naiknya harga-harga barang yang berkaitan dengan pencegahan penyebaran virus Corona, seperti masker dan obat-obatan anti menyebaran virus tersebut, jika pun ada harganya cukup mahal, hampir naik 1000 persen. Sebuah hal yang tak pernah berlaku sebelumnya pada bangsa ini. Bukankah! mereka yang ingin membeli adalah mereka yang ingin melawan virus Corona secara bersama-sama sebagaimana anjuran petinggi Negara ini. Namun petinggi negeri lupa atau tak berdaya oleh segelintir orang yang berbuat ‘semau gue’, sehingga menyebabkan harga benda-benda yang dianggap bagian upaya melawan virus Corona tak terbeli oleh masyarakat. Atau mereka terpaksa membeli dengan jumlah ala kadarnya yang belum tentu mampu melawan virus Corona.

Harapan

Semua anak negri dapat melawan virus ini dengan bersama saling bantu membantu, dengan prinsip `berat sama dijinjing ringan sama dipikul’, jangan berpikir untuk mencari kesempatan dalam kasus ini, semua petinggi negeri yang diberi tugas untuk menstabilkan harga semua kebutuhan masyarakat, seharusnya bertindak sesuai koridor hukum yang sebenarnya, menindak semua oknum yang terlibat dalam permainan harga pada barang yang berhubungan virus Corona, atau kebutuhan masyarakat lain dalam rangka menghadapi bencana ini, kita tak mau kecolongan lagi. Kecolongan pertama, lolosnya orang yang positif Corona masuk ke Indonesia. Jadikan itu pembelajaran yang untuk menetapkan standar pelayanan selanjutnya. Kita tentu tak ingin mendapatkan kemakmuran dengan menginjak warga sendiri, dalam peribahasa “jangan tertawa di atas penderitaan orang lain”, mereka yang menaikkan harga barang yang digunakan untuk melawan Corona dapat dikatakan mereka yang tertawa di atas penderitaan bangsa sendiri, mereka tertawa karena akan mendapatkan keuntungan yang banyak, namun di sisi lain banyak warga yang menangis karena kenaikan harga tersebut, membuat mereka tidak mampu membeli barang yang mereka inginkan, digunakan untuk melawan virus Corona. Semoga ini menjadi renungan yang jadi rujukan untuk sebuah tindakan.

Iklan
Iklan