Iklan
Iklan
Iklan
EKONOMI

Tak Ada PTM, Omzet Pedagang Seragam Sekolah Turun Drastis

×

Tak Ada PTM, Omzet Pedagang Seragam Sekolah Turun Drastis

Sebarkan artikel ini
TURUN DRASTIS - Belum diperbolehkannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah-sekolah, berimbas juga pada penjualan produk seragam sekolah yang banyak terdapat di kawasan Pasar Baru Permai, Banjarmasin. Pedagang mengaku, omzet mereka turun drastis hingga 90 persen. (KP/Opiq)

Tiap tahun ajaran baru biasanya ramai penjualan. Namun, tahun ini benar-benar tahun kesabaran. Sebelumnya, kami tak pernah mengalami sepinya pembeli seperti kali ini,” ungkap Zaini, yang sudah 35 tahun berdagang bersama ayahnya.

BANJARMASIN, KP – Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai mengharuskan sistem Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kalimantan Selatan (Kalsel) tidak bisa diterapkan di sekolah-sekolah dalam satu tahun belakangan.

Android

Kondisi tersebut akhirnya berimbas juga pada pedagang grosir maupun eceran yang menjual produk seragam sekolah di kawasan Pasar Baru Permai, Banjarmasin.

Contohnya Zaini, pedagang grosiran yang menyediakan seragam sekolah mulai tingkat TPA, SD, SMP hingga SLTA, yang merasakan penurunan drastis tingkat penjualan di tokonya.

Sebelumnya, saat sebelum wabah Corona melanda, penjualan di tokonya tak pernah sepi. Perputaran barang berjalan lancar, terlebih saat memasuki tahun ajaran baru. Namun, pagebluk Corona memutar arah bisnisnya berbalik 180 derajat.

“Pandemi ini cukup menghantam usaha kami, penjualan merosot tajam sampai 90 persen,” ujar pemilik Toko Putera Karmila itu, Rabu (17/3).

Konsumen Zaini tersebar di sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan (Kalsel), bahkan hingga Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Selain Banjarmasin, pelanggan saya kebanyakan datang dari wilayah Banua Enam, Pulau Sembilan di Kotabaru, Anjir di Batola dan sejumlah kabupaten-kabupaten lain di Kalteng,” ucapnya.

Untuk harga 1 set pakaian seragam sekolah yang terdiri baju dan celana dipatok bervariasi, tergantung ukurannya. Contohnya, seragam SD dijual Rp 95 ribu, SLTP Rp100 ribu dan seragam SLTA Rp 110 ribu

Awal bulan Januari 2021 lalu, sambung Zaini, penjualannya sempat membaik, seiring adanya wacana kebijakan pemerintah terkait akan mulai digelarnya PTM di sekolah-sekolah.

“Lumayan lah, saat itu pelanggan mulai melakukan order, penjualan sempat meningkat sekitar 30 persen,” tutur Zaini.

Sayangnya, asa itu tak berlanjut. Pertengahan Januari, pemerintah mengumumkan sistem pembelajaran tatap muka urung dilaksanakan. Alhasil, Zaini harus kembali pasrah dan bersabar.

“Tiap tahun ajaran baru biasanya ramai penjualan. Namun, tahun ini benar-benar tahun kesabaran. Sebelumnya, kami tak pernah mengalami sepinya pembeli seperti kali ini,” ungkap Zaini, yang sudah 35 tahun berdagang bersama ayahnya.

Untuk pasokan seragam, katanya lagi, dirinya biasa mengumpulkan dari penjahit-penjahit langganan di Banjarmasin dan Alabio. Sebagian lagi mendatangkan dari pulau Jawa.

Hanya saja, lantaran tidak ada order pembelian tahun ini, Zaini terpaksa tak berani menyetok barang untuk sementara waktu.

“Stok tahun kemarin masih ada, kita coba menghabiskan yang ada dulu, sambil melihat situasi PTM ke depannya bagaimana,” cetusnya.

Zaini berharap, sebaran Covid-19 Covid akan segera berakhir, sehingga proses belajar mengajar di sekolah pun bisa kembali berjalan normal.

“Kalau sektor pendidikan sudah bisa PTM, setidaknya akan mendongkrak penjualan seragam sekolah. Semoga, pandemi cepat usai dan semua sektor usaha juga pulih seperti dulu lagi,” pungkasnya. (opq/K-1)

Iklan
Iklan