Iklan
Iklan
Iklan
Banjarmasin

Julukan Venesia Dari Timur Memudar Gegara Cemaran Limbah

×

Julukan Venesia Dari Timur Memudar Gegara Cemaran Limbah

Sebarkan artikel ini

Banjarmasin, KP – Julukan The Venice from Eastern atau Venice/Venesia dari Timur yang disematkan kepada Kota Banjarmasin oleh orang Eropa di masa penjajahan memang pantas diberikan.

Android

Bukan tanpa alasan, Sejarawan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Mansyur menjelaskan, daerah yang saat ini menjadu Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini memang memiliki magnet yang kuat bagi para penjajah.

Saat dibincangi awak media, Mansyur menceritakan bahwa Pada masa lalu sejak masa Hindia Belanda, keindahan Kota Banjarmasin dengan sungainya selalu mengandung daya magnet yang kuat.

Begitu orang-orang Eropa mengunjungi Ibukota Borneo ini, mereka disuguhkan keindahan dan kultur budaya yang menawan.

Terlebih lagi, dengan moda transportasi seperti armada kapal Eropa membuat orang-orang kulit putih itu bisa mencatat geliat kehidupan Tanah Banjar.

“Wajar jika akhirnya, ketika orang-orang Benua Biru itu menyanjung Banjarmasin dengan sebutan The Venice from Eastern atau Venice/Venesia dari Timur,” jelas Mansyur.

Bertandang ke Tanah Banjar, orang-orang Eropa melihat Banjarnasin layaknya sedabg berkunjung Venesia.

Jika kota maritim di negeri Italia itu terkenal dengan gondolanya, maka Borneo di era tempo dulu memiliki perahu yang tak kalah indah bernama jukung tambangan dilengkapi pasar terapung (floating markets) yang sudah ada sejak 400 tahun yang lalu.

Dalam perkembangannya Banjarmasin masa kini simbol sebagai venesia memudar. Sungai-sungai yang dulu membelah bagian-bagian di seluruh kota Banjarmasin berubah menjadi daerah pemukiman penduduk.

Kendati demikian, Mansyur tidak menepis bahwa sungai-sungai yang menjadi dayabtarik bagi para pendatang asal benua Eropa tersebut masih ada.

“Tapi, kondisinya sangat memprihatinkan karena masalah-masalah kotor, tercemar dengan limbah keluarga, timbunan sampah, limbah industri, tersumbat sampah, dan sebagainya,” keluhnya.

Selain itu sungai-sungai tidak dapat difungsikan lagi sebagaimana mestinya, seperti untuk menampung air hujan, untuk sarana transportasi, atau bahkan untuk kepentingan rekreasi (wisata sungai).

Walaupun demikian muncul titik terang ketika di masa kepemimpinan Wali Kota Ibnu Sina selama dua periode mulai menggaungkan “Kembali ke alam” (back to nature) atau “kembali ke sungai” (back to river) dengan normalisasi sungai.

Menurutnya, Banjarmasin masa depan perlu merevitalisasi kembali Banjarmasin sebagai memperkuat identitas kota sungai.

Ia meninai, perlu upaya meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat Kalimantan Selatan dimantapkan dengan cara pemanfaatan sekaligus pelestarian sumber budaya sungai tersebut, terutama yang bernilai ekonomi untuk pariwisata.

“Hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga kewajiban masyarakat menjadikannya sebagai budaya unggulan (the culture of excellence) etnis Banjar,” tandasnya. (Zak/KPO-1)

Iklan
Iklan