Malang, KP – Bank Kalsel Kantor Perwakilan Kalsel memperkaya wawasan jurnalis melalui Refreshment Wartawan, Senin (24/10), di Batu, Malang, Jawa Timur.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel, Bimo Epyanto mengatakan, kegiatan ini dapat memperkaya wawasan jurnalis.
“Kegiatan ini dapat menimbulkan komunikasi dua arah dan pihaknya dapat memperoleh informasi dari jalur-jalur lain,” katanya, saat membuka kegiatan Refreshment Wartawan Bank Indonesia Perwakilan Kalsel.
Direktur Pemberitaan Jawapos TV (JTV), Abdul Rokhim menyampaikan topik ‘Implementasi Bahasa Jurnalistik dalam Penulisan Berita dan Artikel’, yang menekankan perlunya bahasa yang disampaikan dapat dimengerti masyarakat.
“Jadi pemberitaan yang dibuat harus dapat di mengerti pembaca, pemirsa maupun pendengar, agar yang disampaikan bisa dipahami,” tambahnya.
Abdul Rokhim juga menekankan berita harus berisi tujuh point yang disebutnya “Rukun Iman Berita”, terdiri dari penting, aktual, unik, asas kedekatan, asas keterkenalan, maginitude (memiliki daya tarik) dan human interest.
“Yang namanya berita harus menarik dan memiliki nilai berita, sehingga harus berbeda dari informasi yang diterima di warung kopi,” tegas Abdul Rokhim.
Hal ini dikarenakan semua orang bisa memproduksi berita, yang disampaikan di media sosial ataupun tempat umum. “Jadi harus bisa menghasilkan sesuatu yang bernilai berita,” tambahnya.
Abdul Rokhim mengingatkan, jika sebuah berita ekonomi yang dibuat harus dapat dipahami anak kelas V Sekolah Dasar. “Itu berarti berita yang dibuat oleh seorang jurnalis sukses,” tambahnya.
Ditambahkan, lead berita seperti halnya pintu masuk sebuah toko. “Jika pintu itu rusak, lapuk, maupun sempit, orang akan enggan masuk toko tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Choirul Anam dari
Bisnis Indonesia, lebih banyak mengulas realese Bank Indonesia menjadi sebuah berita yang menarik.
“Intinya, judul harus singkat, mudah dimengerti dan menarik,” tegasnya.
Hal ini dikarenakan realise dari tim humas berbeda dari berita, sehingga perlu dimengerti lebih dulu untuk menyampaikan kepada masyarakat dengan bahasa jurnalistik.
“Kalau sama dengan realise, jadi apa bedanya humas dan wartawan,” tambah wartawan senior bidang ekonomi.
Selain itu, realise yang diterima tersebut harus diperkaya dengan kondisi di lapangan, sehingga benar-benar bernilai berita.
Kegiatan yang dimoderatori oleh Kepala Unit Kehumasan Rakhmat Pratama, diakhiri dengan tanya jawab. (lyn/KPO-1)