Selanjutnya, lagu Baras Kuning, sebuah lagu yang sering diperdengarkan kalau datang ke Kota Banjarmasin melalui lirik pian datang ulun hamburi lawan baras kuning
BANJARMASIN, KP – Pagelaran Konser Lagu Banjar dengan tajuk Baras Kuning digelar di Auditorium RRI pada Sabtu malam (20/05/2023) lalu wujud Apresiasi Maestro Budaya Banjar.
Konser ini sebagai atribut dan apresiasi terhadap 2 orang maestro lagu banjar, yaitu Dino Sirajuddin dan Khairiadi Asa yang selama ini kurang dilirik senioarnya maupun seriusnya.
Kedua orang pencipta lagu banjar ini sangat produktif dalam menciptakan lagu-lagu banjar, namun karena pandemi Covid 19 dan kurang mendapatkan perhatian, sejumlah lagu-lagu yang diciptakan tidak dikenal masyarakat.
Konser Lagu Banjar ini diawali dengan lagu Kita Badingsanak ciptaan Dino Sirajuddin, yang mengambarkan untuk tidak saling berkelahi atau dalam bahasa banjar saling becakut bepadaan.
Selanjutnya, lagu Baras Kuning, sebuah lagu yang sering diperdengarkan kalau datang ke Kota Banjarmasin melalui lirik pian datang ulun hamburi lawan baras kuning.
Konser Kangen Lagu Banjar ini semakin meriah dengan penampilan Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina yang menyanyikan lagu banjar Ampat Lima dan Sungai Martapura.
Lantunan lagu orang nomor 1 di Kota Banjarmasin ini membuat penonton ikut beryanyi dan bergoyang bersama.
Konser ini pun ditutup dengan lagu banjar yang sudah menasional dengan menyanyikan secara bersama sama.
Promotor Acara Konser, Sukrowardhi mengatakan konser ini melibatkan 50 musisi dan menampilkan total 13 lagu Banjar.
Konser ini sengaja di lakukan pada momen Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 Mei sebagai momentum kebangkitan Lagu Banjar untuk terus berjaya di Banua.
Momen peringatan 115 tahun ini menjadi pendorong seniman banjar untuk terus bergotong royong dalam berkarya walaupun minim perhatian dan keberpihakan.
Sementara, Pencipta Lagu Banjar, Khairiadi Asa mengatakan momen Konser Kangen Lagu Banjar tidak hanya menjadi momen kebangkitan namun menjadi upaya mempertahankan lagu banjar tetap eksis dan dikenal masyarakat luas.
Selama ini menurutnya perkembangan lagu banjar semakin melambat terutama dalam persaingan dengan musik global.
Kalau membandingkan dengan tahun 70, 80, 90 hingga 2000 lagu banjar semakin lama semakin tenggelam.
Padahal pencipta lagu dan musisi lagu banjar telah menyesuaikan dengan selera pasar, termasuk pada genre musik yang populer seperti pop, dangdut, rap sampai musik modern.
“Kita contohkan saja seperti yang dilakukan Pandas dan Jeff dalam menarik minat kaum muda bermusik dan menyanyikan lagu banjar,’’ tutur Khairiadi Asa.
Padahal lagu banjar itu fleksible dalam mengikuti perkembangan musik, namun masih saja sepi peminat.
Khairiadi Asa mengharapkan ada perhatian dari pemerintah agar minimal lagu-lagu banjar dapat dikenal lebih luas.
Salah satunya bisa dengan meminta agar cafe atau hotel yang melakukan pertunjukan musik, dalam durasi 10 lagu minimal menyanyikan 3 buah lagu banjar tutup Khairiadi Asa. (Mar/K-3)