Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Selamatkan Generasi dari Maraknya Kasus Bullying

×

Selamatkan Generasi dari Maraknya Kasus Bullying

Sebarkan artikel ini

Oleh : Raudatul Jannah SM
Pegiat Pena Banua

Di zaman ini, perilaku anak-anak makin sadis. Parahnya pelaku tidak memandang usia lagi. Sebagaimana baru-baru ini terdapat kasus bullying yang memakan korban terjadi lagi. Yaitu MHD bocah berusia 9 tahun, kelas 2 di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), menjadi korban karena dikeroyok oleh kakak kelasnya mengalami kritis sampai akhirnya meninggal dunia. (kompas.com, 20/05/2023).

Baca Koran

Fakta ini semakin menambah deretan kasus bullying dari kalangan anak-anak. Bahkan sekarang siswa SD yang masih bocah bisa menjadi pelaku kejahatan perundungan di sekolah. Sungguh miris melihat generasi muda sekarang semakin kesini semakin tidak bermoral.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis data bahwa sepanjang 2022, ada kenaikan signifikan terkait perundungan dibanding pada 2021, setidaknya sudah terdapat lebih dari 226 kasus kekerasan fisik dari psikis, termasuk perundungan yang jumlahnya terus meningkat hingga saat ini (BBC News Indonesia, 22/07/2022)

Artinya, negeri ini sudah darurat kasus bullying! Perundungan makin jadi ancaman bagi anak-anak. Mengapa hal ini terjadi terus berulang? Apa yang menjadi masalah utamanya?

Sebenarnya banyak faktor penyebab terjadinya kasus bullying. Mulai dari masalah kurikulum pendidikan, pola asuh di dalam keluarga, kebiasaan masyarakat, hingga masalah tontonan yang sering dikonsumsi.

Pertama, masalah kurikulum pendidikan hari ini dasarnya ialah sekuler (memisahkan agama dengan kehidupan). Orientasinya pada pencapaian nilai akademik atau materi saja. Sementara nilai-nilai yang kaitannya dengan agama justru tidak diutamakan. Akhirnya anak-anak tumbuh jauh dari nilai-nilai agama dalam menghadapi kehidupan mereka. Walhasil perilaku seperti perundungan, kekerasan seksual, narkoba, perzinaan, tawuran, bunuh diri, pembunuhan, dan sebagainya, mengintai generasi muda.

Baca Juga :  KINERJA LEGISLATID DI DAERAH

Kedua, begitupula masalah pola pengasuhan keluarga. Sebagian orangtua tidak mendidik anak-anaknya dengan standar agama. Anak-anak cenderung diberikan kebebasan dalam berperilaku dan berekspresi tanpa filter nilai-nilai agama atau pandangan Islam. Walhasil anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang liberal (serba bebas) melakukan sesuatu karena dorongan hawa nafsunya saja.

Ketiga, kebiasaan di masyarakat hari ini semakin individualis membuat hilangnya kepedulian antar sesama. Masyarakat cenderung tidak peduli dengan masalah perundungan selama bukan anak atau keluarga mereka yang menjadi pelaku atau korbannya.

Keempat, tontonan yang sering dikonsumsi generasi muda tanpa ada filter dari negara. Padahal tontonan yang bebas dan mudah diakses salah satu faktor yang menjadi sumber inspirasi kekerasan atau kasus bullying. Anak-anak mendapat banyak kemudahan dalam teknologi tanpa ada pengawasan, jadilah mereka mencontoh apapun yang mereka tonton melalui internet dan media sosial.

Keempat faktor di ataslah yang membuat kehidupan hari ini tidak sehat sehingga berdampak kasus bullying anak makin marak dan sadis. Bahkan kasus bullying sudah terjadi di kalangan anak Sekolah Dasar (SD).

Selamatkan Generasi

Kasus perundungan (bullying) tidak akan selesai hanya dengan seruan revolusi mental, pendidikan karakter, ataupun kampanye anti-bullying. Tetap harus mencabut akar masalahnya yaitu adanya sistem kehidupan sekuler yang rusak dan merusak.

Islam memiliki aturan hidup yang sempurna sehingga Islam pun memiliki solusi alternatif dalam menghadapi maraknya kasus bullying saat ini. Dalam sistem Islam, akidah Islam menjadi landasan dasar dalam pendidikan. Tidak heran jika pada masa Islam telah lahir banyak para pemuda yang berkepribadian Islam dan unggul juga dalam ilmu dunia.

Pertama, individunya, di dalam sistem Islam akan dibina menjadi pribadi yang takwa. Keimanan menjadi landasan dalam setiap perbuatan. Keimanan dan pemahaman Islam yang akan menjadi benteng dari perilaku jahat dan sadis karena termasuk dosa. Ia menyadari konsekuensi sebagai hamba Allah adalah menaati seluruh perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya.

Baca Juga :  Selamatkan Generasi dari Jeratan Judi Online

Membentuk pribadi yang takwa ini memerlukan peran pendidikan di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat juga. Yang mana tujuannya sama yaitu menjadikan anak berkarakter Islam atau pribadi yang takwa. Nilai-nilai agama akan kental ditanamkan agar menjadi bekal anak dalam mengarungi kehidupan.

Kedua, masyarakatnya ialah masyarakat yang peduli sesama dengan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar. Apabila terdapat kasus seseorang melakukan perundungan (bullying), maka tidak ada toleransi. Masyarakat lah yang turun tangan mencegah dan masehati dengan ma’ruf. Masyarakat juga akan saling mengjaga agar pergaulan anak muda senantiasa bernilai positif. Budaya amar ma’ruf nahi munkar dilakukan demi menjaga keharmonisan dan ketentraman masyarakat.

Ketiga, negara memiliki tanggung jawab dalam menerapkan sistem pergaulan sosial berdasarkan syariat Islam. Negara memiliki power (kekuatan) dalam mengawasi paham-paham yang masuk di tengah umat. Apabila terdapat paham yang bertentangan dengan Islam jelas akan dihilangkan dari pengaruh buruknya bagi masyarakat.Termasuk tontonan lewat televisi, internet dan sosial media akan diawasi oleh negara. Setiap tontonan diatur oleh negara hanya untuk tujuan syiar Islam dan semakin meningkatkan keimanan individu masyarakatnya.

Oleh karena itu, hanya berharap kepada sistem Islam lah kasus bullying ini akan berakhir. Karena Islam memiliki peraturan hidup yang lengkap untuk menyelamatkan generasi sekaligus membalikkan kondisinya menjadi generasi umat terbaik.

Iklan
Iklan