BANJARMASIN, Kalimantanpost.com -Pendiri Global Nature Conservation School (GNCS), atau yang lebih dikenal sebagai sekolah konservasi Alam SBI, Dr Amalia Rezeki membuka kegiatan Sekolah Konservasi yang diikuti sekitar 60 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang sedang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Universitas Lambung Mangkurat (ULM).
Kegiatan sekolah konservasi dilaksanakan Sabtu (27/4/2024) dipusatkan di kawasan Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel), yang dikelola oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) bekerjasama dengan Universitas Lambung Mangkurat ( ULM ), dan Pemerintah Daerah Kalsel.
“Selamat datang di kampus alam Global Nature Conservation School di Kawasan Stasiun Riset Bekantan & Ekosistem Lahan Basah Pulau Curiak. Pada kegiatan kita hari ini, mahasiswa akan dikenalkan ekosistem lahan basah berupa hutan mangrove riparian, dengan melakukan aktivitas pengamatan bekantan dan burung air serta satwa liar lainnya, termasuk kearifan lokal masyarakat setempat,” kata Amel sebutan akrab doktor konservasi bekantan lulusan ULM ini, Sabtu (27/4).
Sebagaimana semangat sekolah konservasi, yakni program edukasi nonformal berbasis lingkungan, kata dia, setiap peserta dilibatkan langsung dalam aksi konservasi seperti, monitoring keragaman hayati, khas ekosistem lahan basah, khususnya bekantan primata endemik dan ikon provinsi Kalsel, penanaman pohon mangrove rambai dan kegiatan bersih-bersih sampah di sungai, atau Plastic War On The River.
“Diharapkan peserta yang telah mengikuti kegiatan sekolah konservasi bisa lebih mengenal dan mencintai alam, serta turut aktif membangun mata rantai kepedulian terhadap pelestarian alam,” jelas Amel.
Amel mengatakan Stasiun Riset Bekantan – Pulau Curiak setiap tahunnya menerima kunjungan mahasiswa baik dalam maupun luar negeri yang diprogram dalam bentuk sekolah konservasi dan Summer Course.
“Saya optimis kedepan Stasiun Riset Bekantan menjadi pusat riset dunia mengenai bekantan dan ekosistem lahan basah. Saat ini saja sudah menghasilkan karya ilmiah lebih dari 80 judul,” katanya.
“ Kegiatan ini juga merupakan implementasi kerjasama Tridharma Perguruan Tinggi antara ULM dan SBI.
Kerjasama telah terbangun sejak tahun 2015, hingga saat ini, sudah banyak kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi yang dilakukan, baik dibidang riset, pendidikan dan pengabdian masyarakat “, jelas Amel penerima penghargaan Internasional “ ASEAN Youth Eco Champion 2019 – di Cambodia.
Sementara itu Mellani Yuliastina, SE, M.Ak, Ak, CA selaku dosen Modul Nusantara, mengatakan kegiatan hari adalah bagian dari Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka, yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, yang sedang mengikuti perkuliahan di Universitas Lambung Mangkurat.
Menurutnya, tahun 2024 ini ULM menerima sebanyak 96 mahasiswa program Pertukaran Mahasiswa Merdeka yang berasal dari 59 perguruan tinggi seluruh Indonesia sebagai implementasi Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI.
Vega Trinanda, perwakilan mahasiswa yang berasal dari Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon mengaku sangat sangat senang dan antusias sekali mengikuti sekolah konservasi. Apalagi diajak terjun langsung ke alam dan baru pertama kali melihat langsung bekantan dialam liar.
“Stasiun Riset Bekantan juga, terdapat pembibitan pohon mangrove rambai, diajak menanam pohon dilahan basah, serta membersihkan sungai dari sampah plastik, dengan menggunakan perahu. Ekosistem kawasannya sangat unik dan banyak dihuni burung-burung kecil yang
eksotik. Kawasannya tertata apik dan menyenangkan,” ucapnya. (ful/KPO-3)