Oleh : Ahmad Barjie B
Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Kalsel
Di tengah ketidakberdayaan masyarakat dunia menghentikan serangan Israel atas Palestina dan dukungan AS yang membabibuta terhadap Israel, banyak kalangan menghubungkan hal ini dengan kebakaran dahsyat yang melanda Los Angeles. Presiden AS terpilih Donald Trump bertekad, bahwa sebelum ia dilantik sebagai presiden 20 Januari, Hamas harus membebaskan para sandera Israel. Jika tidak, ia akan menciptakan neraka di Timur Tengah, khususnya Gaza dan pihak yang mendukungnya.
Ternyata sebelum Trump menambah neraka baru, justru “neraka” telah terjadi di Kota Los Angeles, Negara Bagian California, kota kedua terbesar, terkaya dan terpadat penduduknya setelah New York. Los Angeles terbakar hebat sejak minggu pertama Januari 2025, dan lebih seminggu belum berhasil dipadamkan sepenuhnya.
Kebakaran terbesar di AS dalam dua dekade terakhir, bahkan terburuk sepanjang sejarah, meluluhlantakkan sejumlah kawasan. Data awal mencatat kebakaran melanda Polisades seluas 17 ribu hektar dan 30 ribu penduduknya mengungsi, Eaton Pasadena 10 ribu hektar, Hurst San Fernando 850 hektar, Lidia 350 hektar, Sunset 50 hektar dan lainnya. Hanya dua kawasan yang berhasil dipadamkan sepenuhnya yaitu Woodley seluas 30 hektar dan Olivas 11 hektar. Kini malah muncul titik api baru di West Hills. Ribuan armada pemadam kebakaran termasuk pesawat udara dan helikopter canggih dikerahkan dan tampaknya masih kewalahan. Ditambah angin Santa Ana (fohn) yang bertiup keras dan menimbulkan suasana kering tanah dan pepohonan yang rentan menyebabkan kebakaran semakin meluas.
Akibat kebakaran ini sedikitnya 13 ribu bangunan hancur, 25 orang tewas, dan 180 ribu penduduk mengungsi, 3.000 penerbangan dari dan ke Los Angeles dibatalkan, dan kerugian diperkirakan lebih dari USD 150 miliar (2.430 triliun), berkali-kali lipat dibanding bantuan AS kepada Israel (270 triliun). Kehancuran yang ditinggalkan dan dampak ekonomi sangat besar, kata Kepala Metereologi Accuweather Jonathan Porter. Presiden AS Joe Biden yang baru lengser mengatakan, akibat buruk kebakaran diperparah pula oleh penjarahan besar-besaran terhadap rumah dan gedung yang ditinggalkan penghuninya.
Kebakaran juga melanda Calabasas dan Santa Monica, pemukiman elit dan mewah di mana banyak bintang Hollywood kaya dan terkenal bermukim, di antaranya Jennifer Lopez, Lady Gaga, Rihanna, Selena Gomes, Mandy Moore, Carry Elwes, Paris Hilton, Billy Crystal dan istrinya Janice dan lainnya. Di antara yang menjadi sorotan netizen, selain pidato Trump di atas, adalah James Woods bintang Hollywood yang sangat vokal mendukung serangan Israel terhadap Palestina. Sejak awal perang, James Woods sangat bersemangat meminta Israel untuk menghukum Palestina tanpa ampun. Menurut Woods, Israel harus lebih banyak menyerang Palestina. “Bunuh mereka semua, tidak ada pengampunan, tidak ada gencatan senjata” ujarnya. Kini ia menangis sedih setelah rumah mewah kesayangannya ikut terbakar di LA. Seorang sastrawan-wartawan Palestina memberi komentar, “di saat anda mendukung bom-bom yang dijatuhkan atas rumah-rumah kami, kota kami, kampung kami, membunuh puluhan ribu orang, termasuk anak-anak dan wanita dalam jumlah besar, jutaan rumah hancur dan mengungsi, kok anda tidak menangis…”
Tidak Hitam Putih
Di saat dua peristiwa yang sama-sama bersifat bencana tapi berlawanan ini terjadi, orang suka menghubung-hubungkan dengan sebab akibat dan hukum karma. Sejumlah media Iran misalnya, menyebut peristiwa ini sebagai karma atas kepongahan Amerika, meskipun di sisi lain Iran menawarkan bantuan untuk ikut memadamkan kebakaran, dan anak-anak Gaza masih sempat mendoakan kebaikan untuk LA.
Tetapi sebenarnya di LA dan AS umumnya juga banyak orang yang antiperang dan antizionis. Demo yang mereka gelar untuk mendukung Palestina juga besar, sebagaimana di Eropa dan belahan dunia lain. Hanya saja semua itu belum bisa mengubah kebijakan pemerintah mereka sebagai sekutu abadi Israel.
Kelompok aktivis sayap kiri Yahudi, Code Pink menekankan, ketika pajak AS digunakan untuk membakar orang hidup-hidup di Gaza, kami tidak terkejut ketika api itu menyala dengan kebakaran besar di LA. Pihaknya tidak ragu menghubungkan kedua peristiwa. Kelompok Yahudi AS Antizionis lainnya. Jewish Voice for Peace mengatakan, jangankan mengalokasikan sumber daya untuk membuat negara kita layak, pemerintah malah mengalokasikan miliaran dolar untuk genosida Israel terhadap Palestina di Gaza. Fatima Mohammad, pemimpin kelompok garis keras anti Israel di New York, Within Our Lifetime, mengatakan, api Gaza tidak akan berhenti di LA. Menjatuhkan ratusan ribu bom di Gaza, mengubahnya menjaga kobaran api, pasti memiliki konsekuensi, ujarnya.
Jadi, menarik garis tegas dan menggeneralisasi sikap warga AS sebagai pendukung Israel tidaklah tepat. Di LA saja banyak kelompok yang antiperang dan antizionis. Hal ini dapat dimaklumi, sebab LA termasuk kawasan paling pluralistik dengan macam imigran bangsa dan agama ada, hampir semua bangsa ada di sana. Wajar sikap politiknya berbeda-beda.
Kota Los Angeles (City of Angels) didirikan oleh Gubernur Spanyol Filipe de Neve tahun 1781. Dinamai Los Angeles (Kota Para Malaikat), karena Spanyol termotivasi oleh semangat Katolik yang sangat menghormati Bunda Maria sebagai ratu para malaikat. Karena itu banyak daerah yang diduduki Spanyol diberi nama-nama religius. Semula LA bagian dari Mexico, kemudian setelah perang antara Mexico vs AS menjadi milik AS.
Setelah ratusan tahun, Los Angeles berkembang pesat dan menjadi kota yang indah, penting dan strategis. Sekarang menjadi pusat bisnis dan perdagangan internasional, penerbangan, budaya, media, mode, pendidikan, iptek, olahraga, pariwisata dan sebagainya. Orang Indonesia pun akrab dan para artis kita umumnya suka berkunjung ke Los Angeles, yang mereka sebut LA. Tidak terkecuali bisnis hiburan, sebab industri perfilman terbesar dunia, Hollywood, berpusat di Los Angeles.
Jadi Pelajaran
Meskipun kebakaran adalah peristiwa alami yang biasa terjadi dan dibahas secara ilmiah, namun hal-hal yang bersifat supernatural pun jangan pula dikesampingkan. Banyak orang dan kalangan ahli heran dengan kebakaran dahsyat di LA kali ini. Biasanya kebakaran hutan di pegunungan Santa Monica California terjadi pada bulan Juni-Juli hingga Oktober. Kebakaran sekarang seperti menentang kalender, karena terjadi di bulan Januari, bulan terdingin dari musim dingin di AS. Dan celakanya merambah pemukiman umum yang dihuni banyak gedung, perkantoran, perumahan dan penduduk. Banyak pula berita yang belum terkonfirmasi mengatakan, api yang membakar LA bukan api biasa, melainkan berasal dari langit yang sulit sekali dijinakkan.
Karena itu tidak salahnya dan sudah seharusnya Pemerintah AS sekarang (Donald Trump) melakukan koreksi atas kebijakan dalam dan luar negerinya selama ini yang selalu mendukung Israel tanpa reserve. Di dalam negeri rakyat AS sendiri kelihatannya masih banyak yang perlu diayomi dari hasil pajak dan lain-lain, belum lagi negara-negara berkembang lainnya juga butuh bantuan. Bukannya menggunakan dana mendukung mesin perang Israel membunuhi bangsa Palestina dan menciptakan perang di sejumlah negara.
Kita harapkan semua membawa hikmah, berupa kesadaran Amerika untuk tidak lagi mendukung Israel, dan Israel pun tidak lagi meneruskan aksinya membombardir Palestina. Korban perang sudah terlalu banyak. Kelihatannya genjatan senjata akan segera terwujud, dan semoga tindaklanjutnya adalah terbentuknya Palestina merdeka. Meskipun gencatan senjata (ceasefire) permanen masih sulit terwujud, mengingat Israel tidak bisa dipegang janjinya dan ambisi Israel belum tercapai, setidaknya harapan itu mulai terbuka.
Dunia sudah sangat merindukan perdamaian, termasuk ingin segera melihat bangsa Palestina merdeka. Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Kita prihatin terhadap kebakaran yang terjadi di LA atau bencana di mana saja. Tetapi kita lebih prihatin dan sedih melihat pembunuhan manusia yang disengaja melalui peperangan yang jauh dari sportivitas dan keadilan. Wallahu A’lam.