Banjarmasin, KP – Harga gula pasir di pasaran untuk wilayah Banjarmasin sudah mencapai Rp 18 ribu perkilogram dari harga sebelumnya Rp 12 ribu. Kondisi ini tentu saja membuat warga merasa resah dan emak2 hanya bisa baca Isfifar berjemaah.
Seperti diutarakan Ningsih, warga Jalan Hasan Basri, Kayutangi Ujung, Banjarmasin Utara. Ia mengaku sangat terbebani dengan kenaikan harga gula pasir tersebut.
Terlebih, Ningsi juga memiliki warung makan. Setiap hari ia harus menyediakan gula pasir hingga 2,5 kilogram untuk memenuhi kebutuhan dirumah dan warungnya.
“Iya harga gula sudah mahal sekali. Kata pedagang memang sudah dari distributornya naik. Mau bagaimana lagi, mau tidak mau ya saya beli, walaupun hagranya mahal,” keluhnya, Selasa (10/3/2020).
Senda dengan Novianti, ia juga mengaku bahwa harga gula saat ini sudah tinggi. Tak ayal, uang untuk keperluan belanja sehari-hari harus ditambah lagi.
“Naiknya sudah lima ribu an. Sedang cari duit sekarang susah,” katua ibu rumah tangga yang bertempat tinggal tak jauh dari Ningsih.
Yang lebih dikawatirkan Novi, kenaikan ini akan semakin tinggi jika hingga menjelang Ramadhan nanti harga ini tak bisa distabilkan. “Sekarang saja sudah Rp 18 ribuan. Bagaiman bulan puasa nanti, takutnya malah lebih mahal lagi,” bebernya.
Adapun pelaksanaan tugas (Plt) Dinas Perindustrian dan Peregangan Banjarmasin, Norbiansyah tak menampik soal naiknya harga gula pasir di pasaran saat ini. Ia mengaku juga sudah melakukan pemantauan harga.
“Pantauan harga gula di pasaran dari Rp 17.500 sampai Rp 18 ribu. Artinya naik dari yang awal, kalau harga normal Rp 12 sampai Rp 12, 500 saja,” ketatnya.
Ia mengaku saat ini Pemko Banjarmasin tak bisa berbuat banyak untuk menekan kenaikan harga komoditi ini. Sebab, kemampuan Pemko hanya sebatas member imbauan, tak lebih dari itu.
“Kita imbauan saja, karena kewenangan kita hanya sampai di situ. Agar para penyetok tak meniakan harga,” ucap Plt Dinas Perindustrian dan Peregangan Banjarmasin, Norbiansyah.
Lantas apa yang menjadi penyebab kenaikan harga gula pasir ini? Dari informasi yang didapat Norbi, bahwa salah satu faktornya dikarenakan imbas dari virus corona. Sebab, gula pasir yang didatangkan dari pulau Jawa bahan bakunya diimpor dari Tiongkok.
“Dari informasi yang diadapt gula ini datang dari Jawa, ini berkaitan dengan adanya Maslaah virus corona. Karena bahan baku dimpor dari Cina,” jelas Norbi.
Norbi melanjutkan, satu-satunya solusi untuk mengendalikan harga gula ini hanyalah dengan cara menggelar pasar murah. Namun yang menjadi kendala, pasar murah ini hanya bisa digelar di waktu tertentu, dan terjadwal.
“Kalau pasar murah biasanya jelang Ramadhan, dan akhir tahun. Dan itu sudah terjadwal. Kalau sekarang sepertinya tak ada,” ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa saat ini pihamya masih belum melakukan inspeksi mendadak ke pasar-pasar, khususnya pasar tradisional.
Namun begitu, ia menergetkan bahwa dalam waktu dekat akan berkordinasi dengan Bagian Ekonomi dan aparat dengan menyisiri pasar guna mengimbua agar para penyetok gula pasir tak menaikan harga.
“Setelah sidak nanti apakah perlu ditindak lanjuti atau bagaian kita liat nanti, ” pungkasnya.(Sah/KPO-1)