Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

Pemimpin Ideal

×

Pemimpin Ideal

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ahmad Barjie B
Pemerhati Sosial Politik

Dalam sebuah komunitas sosial keberadaan seorang pemimpin selalu diperlukan, baik dalam lingkup kecil seperti keluarga maupun dalam lingkup yang lebih besar seperti dalam masyarakat, daerah, bangsa dan negara. Lebih jauh keberadaan pemimpin juga merupakan sebuah keniscayaan dan kebutuhan. Sebuah hadist Nabi Muhammad Saw yang cukup terkenal menyatakan, “In kuntum tsalaatsatan fa-ammiruu ahadakum”. Artinya, jika kamu berkumpul sampai tiga orang, maka hendaklah kamu mengangkat salah seorang di antaramu sebagai pemimpin. Hadis ini menunjukkan, betapa dalam komunitas orang yang sedikit pun, pemimpin sangat diperlukan, apalagi dalam komunitas yang lebih banyak dan besar.

Baca Koran

Agama Islam yang menjadi panutan sebagian besar penduduk Indonesia ini juga memberikan perhatian yang lebih besar terhadap para pemimpin. Ketaatan padanya berada pada urutan ketiga sesudah ketaatan pada Allah dan Rasul, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul-Nya dan ulil-amri di antara kamu”. (QS. An Nisa : 59).

Istilah ulil-amri pada ayat di atas dalam perspektif para mufasir seperti Ahmad Mustafa al-Maraghi, ialah para pejabat pemerintah (umara), ulama, hakim/penegak hukum, panglima perang dan seluruh pemimpin dalam berbagai level yang tugasnya, mengatur, memenuhi dan menjaga kemaslahatan umum (rakyat). Mereka ini wajib ditaati dengan syarat, mereka merupakan orang yang dapat dipercaya (amanah), isi perintahnya tidak menyalahi syariat Islam berdasarkan Alquran dan Sunnah yang mutawatir. Dalam bahasa lain ketaatan rakyat kepadanya berlaku saat isi perintah dan aturan yang dibuatnya bersifat positif dan bukan bersifat dan mengarah kepada maksiat.

Sebuah hadis menyatakan: Dari Abdullah ra dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang muslim harus mendengarkan dan menaati perintah penguasa baik suka atau tidak suka selama tidak diperintahkan mengerjakan maksiat (kejahatan). Tetapi apabila disuruh mengerjakan kejahatan, maka tidak boleh didengar dan ditaati”. (HR Bukhari).

Agar seorang pemimpin ditaati oleh rakyat, masyarakat atau orang yang dipimpinnya, maka mereka mestilah memiliki beberapa siafat utama. Dalam perspektif Islam, sifat-sifat utama yang penting dimiliki oleh pemimpin adalah: beriman dan bertakwa; sehat jasmani dan rohani; berpengetahuan dan terampil; kelebihan batin berupa mentalitas terpuji dan tahan uji; berani dalam menegakkan kebenaran; adil dan jujur; bijaksana dalam membuat keputusan dan kebijakan; demokratis; suka bermusyawarah dalam menyelesaikan urusan; penyantun, melindungi dan mengayoumi orang yang dipimpin; memahami kondisi obyektif masyarakat yang dipimpin; ikhlas dan rela berkorban; istiqamah, kuat dan teguh dalam pendirian dan berakhlak karimah.

Baca Juga :  Bagaimana Hukumnya Shalat Pakai Jersey Klub Sepakbola?

Sifat-sifat utama seorang pemimpin sebagaimana digariskan di atas sudah mengacu kepada ketentuan ayat-ayat suci Al Quran dan hadis Nabi, dan sudah pula dicontohkan dalam praktik kepemimpinan Rasulullah SAW ketika mengemban tugas-tugas kerasulan dan kepeimpinan di Madinah.

Dalam perkembangannya, kriteria atau sifat-sifat pemimpin di atas bisa saja mengalami perubahan dan penyesuaian dengan kondisi obyektif yang berlaku pada suatu masyarakat lokal, daerah atau negara tertentu. Oleh sebab itu tidak mengapa bila kriteria kepemimpinan selalu mengalami reinterpretasi dan reaktualisasi, sepanjang tidak keluar dari sifat-sifat dasar yang digariskan di atas.

Dalam konteks ini Universitas Indonesia merumuskan pula sejumlah kriteria yang relatif mesti ada pada profil seorang pemimpin dalam berbagai levelnya, yaitu : 1. Memiliki semangat kekeluargaan dan kebersamaan di mana ia bertindak sebagai seorang pengasuh yang mendorong, menuntun dan membimbing asuhannya. Semangat kekeluargaan di atas bukan berarti nepotisme, melainkan dalam memimpin ia bergerak dan bekerja bersama orang lain, bukan menonjolkan diri sendiri saja; 2. Kemampuan menjadi seseorang yang diteladani dengan integritas kepribadian yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur bangsa, berwibawa, jujur, terpercaya, bijaksana, melindungi yang dipimpinnya, berani mawas diri, bertanggung jawab atas putusan yang diambilnya, sederhana, penuh pengabdian pada tugas dan memiliki hasrat ingin tahu yang besar; 3. Kemampuan jauh melihat ke masa depan; 4. Kemampuan untuk memecahkan masalah; 5. Kemampuan mengendalikan diri; 6. Kemampuan meletakkan kepentingan pribadinya dalam rangka kesadaran kewajibanya sebagai makhluk sosial dalam kehidupan masyarakat di mana kewajiaban terhadap masyarakat dirasakan lebih besar dari kepentingan pribadinya; 7. Kemampuan berkomunikasi terhadap semua lapisan masyarakat; 8. Kemampuan motivasi orang lain, agar orang-orang yang dipimpinnya menjadi tenaga yang produktif dalam pembangunan bangsa dan negaranya.

Baca Juga :  Kolaborasi dan Penanganan Malanutrisi Berkelanjutan di Indonesia

Para ahli manajemen, ada pula yang mensyaratkan agar orang yang menjadi pemimpin memiliki minimal tiga kecakapan, yaitu : 1. Kecakapan konsepsional (conceptional skill), yaitu kemampuan mengetahui kebijakan organisasi/lembaga yang dipimpinnya secara keseluruhan. Kecakapan konsepsional ini semakin terasa penting bai pemimpin yang menduduki posisi puncak (top management level) pada organisasi atau instansinya; 2. Kecakapan kemanusiaan (human skill), yaitu kemampuan untuk bekerja sama di dalam kelompok atau dengan kelompok lainyang terkait. Ini dimaksudkan untuk membangun suatu usaha koordinasi di dalam suatu tim di mana ia berperan sebagai pemimpin; 3. Kecakapan teknis (technical skill), ini terutama ditekankan dimiliki oleh pemimpin tingkat menengah (middle management) dan pemimpin tingkat bawah (supervisory or lower management) di mana hubungan antara pemimpin dengan bawahan sangat dekat. Dalamhal kecakapan ini termsuk keterapilannya dalam mengunakan metode, prses, prosedur dan teknik yang umumnya berhubungan dengan alat-alat, bukan orang.

Di dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan masyarakat di masa lalu kita begitu banyak memiliki pemimpin, baik formal maupun informal. Selama kiprahnya memimpin, kita telah melihat debut, reputasi dan jasanya yang tidak kecil dalam berbagai levelnya. Walaupun tidak ada mausia (pemimpin) yang sempurna, namun bila dikaji lebih mendalam, kepemimpinan mereka relatif memenuhi sifat atau kriteria kepemimpinan ideal yang digariskan di atas, baik dalam perspektif agama, nasional ataupun dilihat dari fungsi manajemennya.

Oleh karenanya banyak orang yang tertarik untuk mempelajari perjalanan hidup pemimpin-pemimpinnya, sesuai dengan sudut tinjauannya masing-masing. Tidak heran bila dalam khazanah sejarah kita dikeal sejumlah pemimpin yag biografinya begitu diminati, seperti Bung Karno Pak Harto, Abdul Haris Nasution, Muhammad Hatta, Hamka, Habibie, Ali Sadikin, Frans Seda dan lain-lain. Buku-buku biografi memoar dan atau otobiografi mereka terasa sangat penting sebab amat kaya dengan kisah pengalaman berharga, yang tidak saja berguna bagi generasi sekarang, tapi juga bagi generasi mendatang.

Pemimpin sekarang perlu belajar dari orang-orang dulu, sebab kriteria pemimpin ideal sudah semakin langka. Sekarang banyak pemimpin, namun yang benar-benar memperhatikan nasib rakyat semakin langka. Banyak rakyat selalu saja kecewa dengan pemimpinnya. Wallahu A’lam.

Iklan
Iklan