Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Tsunami Data sebagai Lonjakan Pengetahuan Digital

×

Tsunami Data sebagai Lonjakan Pengetahuan Digital

Sebarkan artikel ini

Oleh : Antonia Yenitai
Mahasiswa Program Studi Teknologi Informasi Universitas Sari Mulia

Seluruh kumpulan data yang tersedia dalam portal satu data di Indonesia dapat diakses secara terbuka dan dikategorikan sebagai data publik, sehingga tidak mengandung informasi yang memuat rahasia negara, rahasia pribadi, atau hal lain sejenisnya sebagaimana diatur dalam undang–undang yang ada. Teknologi digital sekarang ini berkembang dengan sangat pesat, sehingga data-data yang ada dengan sangat mudah diakses, karena adanya teknologi yang membantu masyarakat dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Pada era digital, pertumbuhan data sangat melonjak dan sangat cepat terupdate, yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah meningkatnya penggunaan smartphone dan internet.

Baca Koran

Munculnya lonjakan pengetahuan digital, yaitu tsunami data merupakan gelombang besar di era digital seperti ini, dimana perkembangan teknologi yang terjadi, ialah sebuah revolusi pada teknologi media yang biasa di sebut media digital atau orang juga sering menyebutnya media online atau orang lebih akrab lagi menyebutnya dengan istilah internet. Sehingga data-data yang tersedia di media ini tentunya sudah tidak asing lagi di telinga. Media ini juga disebut-sebut sebagai media informasi data digital yang sampai saat ini belum ada yang menandingi pertumbuhan jumlah penggunanya.

Tujuan dilaksanakannya tsunami data sebagai lonjakan digital untuk membangun kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan teknologi digital serta mengembangkan dan meningkatkan keterampilan masyarakat Indonesia di dunia digital. Tsunami data, tengah aktif menggalakkan digital, sebagai salah satu upaya untuk mempercepat terwujudnya transformasi digital.

Lonjakan digital seharusnya menjadi kemampuan strategis dan sebuah keharusan dalam menciptakan ruang digital yang bersih, aman, dan nyaman, serta menciptakan masyarakat yang berdaya secara digital.

Selain itu cara memvisualisasikan data dan persoalan privasi terkait data, yaitu perlu mempertimbangkan secara khusus serta mencermati secara etis dalam setiap tahap data digital. Pertama di sebut sebagai lonjakan untuk memeriksa otentisitas suatu data digital, sebelum sampai pada khalayak di tengah terjangan gelombang informasi peran data digital dibutuhkan untuk menjelaskan suatu informasi benar atau salah sebaiknya harus mampu melakukan investigasi untuk menyajikan kebenaran di balik suatu peristiwa data.

Baca Juga :  YANG MAHA KUASA

Pemerintah mencatat sekitar 200 juta warga Indonesia menjadi pengguna internet saat beraktivitas di ruang digital. Pemerintah pun merasa khawatir terjadinya tsunami digital, karena banyaknya hinga membuat lonjakan digital sangat meningkat. Karena itu Kementerian Kominfo sepanjang 2001 mengadakan rangkaian program literasi digital untuk mempercepat agenda nasional tranformasi digital, karna lonjakan digital sudah sangat pesat dan mencapai 12,5 juta masyarakat 514 kabupaten atau kota di 34 provinsi dalam kegiatan ini kementriaan kominfo bekerja sama dengan mitra dan jejaring gerakan Nasional Literasi Digital. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate menyatakan digitalisasi memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi tidak sedikit informasi yang harus disaring karena bisa berdampak pada Tsunami Digital.

Tsunami data terjadi ketika gelombang besar informasi melibas masyarakat kita hingga masuk ke ruang-ruang pribadi melalui telepon pintar dan perangkat komunikasi digital lainnya. Produk jurnalistik ideal harus bersaing dengan berbagai produk informasi lain yang tersiar sangat cepat karena melewatkan proses verifikasi yang ideal dalam Digital. Seringkali para pembuat berita hanya mengutip inti pembicaraan seorang narasumber tanpa diuji kebenarannya. Data, menurut Alexander Howard adalah keseluruhan proses mengumpulkan, membersihkan, menganalisis, memvisualisasikan, hingga mengolahnya menjadi sebuah karya jurnalistik. Ia menyebutnya sebagai implementasi data science dalam ruang redaksi. Proses dari pelaporan jurnalisme data melibatkan dua tahapan yakni menganalisis data untuk memahami konteks cerita serta memvisualisasikan data dan temuan. Keunggulan praktik jurnalisme data tersebut dapat menjadi alternatif solusi bagi jurnalis untuk dapat menyajikan kebenaran dengan cara yang up to date di tengah terjangan tsunami informasi. Adanya peralihan peran jurnalis dari pewarta pertama pada jurnalis yang menyampaikan realitas sebenarnya melalui pendalaman data sesuai dengan kebutuhan berita pun akan memperkuat kepercayaan khalayak.

Baca Juga :  Dakwah dengan Perbaikan

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pemerintah selalu mendorong perkembangan teknologi di Indonesia supaya lebih cepat. “Pemerintah dalam hal ini Kemkominfo justru bukan akan memberhentikan perkembangan teknologi tapi akan membangun lebih cepat lagi agar setara. Kalau bisa lebih cepat daripada negara-negara tetangga,” jelasnya melalui siaran pers yang diterima Republika, Ahad, (26/11). Mengenai perkembangan media digital, Rudi menegaskan, media pun sekarang bertarung untuk lebih cepat dan akurat. Dengan begitu, jurnalis lebih fokus pada fakta serta data sehingga bukan opini. Sebagian pandangan mengenai produk jurnalistik media online yang harus mengacu pada Undang-Undang (UU) pers tapi ada pula yang justru lebih mengedepankan opini bersifat bombastis. “Banyak yang lebih membaca di situ, dibandingkan media-media yang menyampaikan fakta atau data. Di sinilah pertarungan antara kecepatan dan akurasi,” kata Rudiantara. Teknologi perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin. Hal itu untuk mendukung perkembangan ekonomi digital. Jika teknologi dimanfaatkan secara maksimal, maka pada 2030 mendatang, ekonomi Indonesia akan menjadi nomor lima atau empat di dunia. Sehingga kontribusi teknologi informasi bisa menumbuhkan ekonomi digital.

Dengan kekuatan tsunami data ini, perusahaan pun seharusnya memanfaatkan big data dengan menjunjung hak-hak konsumen dalam pengelolaannya. Privasi konsumen jangan diumbar ke publik. Dedikasi ini sudah dicontohkan Apple Inc. Perusahaan di Amerika Serikat ini menolak permintaan Biro Penyelidik Federal Amerika (FBI) yang meminta data pengguna Apple yang dituduh melanggar hukum pada 2016. Masyarakat juga harus menyadari tiap aktivitasnya akan direkam ke dalam big data. Ini adalah harga yang ditebus untuk mendapatkan kenyamanan di era revolusi industri digital ini. Informasi dan aktivitas apa pun saat menggunakan perangkat berbasis Internet akan terekam. Selamat datang era big data, selamat datang di tsunami informasi.

Iklan
Iklan