Iklan
Iklan
Iklan
OPINI PUBLIK

GEMPA TANAH BUMBU, TRANSFORMASI ALAM 171

×

<em>GEMPA TANAH BUMBU, TRANSFORMASI ALAM 171</em>

Sebarkan artikel ini

Oleh : Rofi Zardaida


Wartawan Senior,Wirausaha, Konsultan PR & Brand Management, Aktivis Bidang Pangan & Pertanian

Tanah Bumbu yang biasanya senyap dari pemberitaan nasional, tiba-tiba menjadi headline sejumlah media asing dan nasional sesaat setelah terjadi gempa bumi dengan magnitude 7,4 pada Selasa (29/8) dini hari menjelang subuh kemarin. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa pusat gempa terjadi di bagian tenggara kabupaten penghasil tambang batubara dan bijih besi terkemuka di Indonesia ini. Entah karena peristiwa gempa ini terjadi saat manusia tengah tidur nyenyak atau karena jauh dari area pemukiman, sehingga hampir semua warga Tanah Bumbu mengaku tidak merasakan goncangan apapun.

Pulau Kalimantan memang sesungguhnya terletak di daerah yang jauh dari zona tumpukan lempeng (megatrust). Oleh karenanya kita pun meyakini bahwa Kalimantan tidak rawan terjadi gempa bumi. Namun demikian, pada 5 Februari 2008, tetangga Tanah Bumbu Pulau Laut Kalimantan Selatan pernah juga merasakan guncangan gempa berkekuatan magnitude 5,8 di seputar Pulau Sebuku, Pulau Sembilan, Pagatan dan Batulicin yang kini menjadi ibukota Tanah Bumbu.

Dua peristiwa dengan rentang waktu 15 tahun ini menujukkan peningkatan daya magnitude yang bisa jadi membawa pesan alam yang menuntun kita kepada kewaspadaan dan mawas diri. Terlepas dari apapun penyebabnya,kepercayaan diri bahwa Kalimantan tidak rentan bencana, sudah saatnya mulai ditepis agar kita tidak santai dan menganggap sepele ketidakpastian alam dewasa ini. Terlebih sebagai penganut Islam yang taat, muslim di Kalimantan Selatan wajib memahami bahwa sikap pasrah dan berserah diri tanpa mitigasi bencana sangat tidak dianjurkan.

Sikap pasif terhadap bencana alam tidak boleh dibiarkan, mengingat Allah Yang Maha Menciptakan alam semesta berfirman dalam Surah Ar Rum ayat 41 : “Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”.

Baca Juga:  Perempuan dan Terorisme

Dalam tafsirnya, ayat tersebut menerangkan makna kerusakan yang dimaksud adalah segala bentuk pelanggaran atas sistem atau hukum yang dibuat Allah. Perusakan itu dapat berupa pencemaran alam sehingga tidak layak lagi didiami, penghancuran alam sehingga tidak dapat lagi dimanfaatkan.

Dengan tegas disampaikan pula dalam ayat ini bahwa perusakan akibat prilaku manusia misalnya eksploitasi alam yang berlebihan, kedhaliman dan ketidakadilan hingga rasa berkuasa yang berlebihan.

Bersyukurlah bumi bersujud Tanah Bumbu ini memiliki kepala daerah bernama H. Zairullah Azhar yang kesehariannya memang sangat peduli dengan program berbasis religius. Pada hari jadi ke 20 Tanah Bumbu 8 April 2023, Bupati yang juga Presiden Anak Yatim Indonesia ini meluncurkan program 1 desa 1 masjid untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia berakhlak Qur’ani.

Hal ini menunjukkan kualitas ketaatan warga Tanah Bumbu yang bisa jadi menjadi wasilah keselamatan warga Tanah Bumbu yang nyaris tidak merasa ada gempa hebat baru saja menghampiri daerahnya. Padahal berdasarkan laporan BMKG dan beberapa sumber disampaikan bahwa gempa tersebut getarannya terasa sampai Kuta, Gianyar Denpasar, Waingapu, Lombok, Karangkates, Tabanan, Trenggalek, Bantul hingga Blitar.

Mengutip perkataan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tentang meningkatnya kesadaran untuk beragama di Indonesia memang tinggi. Namun menurutnya pelaksanaan agama sebagai kebutuhan hidup yang menjadi dasar setiap sendi kehidupan masih minim. Pada kenyataannya, jika makan, minum, tidur memakai agama, namun jika masanya berekonomi dan bertransaksi masih ada yang menyimpan agamanya didalam laci.

Tanah Bumbu masih menyimpan pekerjaan rumah yang belum selesai terkait dengan alam. Polemik seputar penanganan tanah longsor KM 171 Satui pun masih berlarut-larut.

Ambruk sejak 28 September 2022, nasib perbaikan jalan nasional hingga saat ini belum jelas. Padahal jalan tersebut dilalui oleh masyarakat, ulama, para pejabat hingga petinggi perusahaan tambang yang semuanya mencari nafkah atas kekayaan alam disana.

Baca Juga:  Hari Ayah, Antara Harapan Dan Realita

Memahami gempa harus dengan hati yang jernih. Itulah cara Allah menyeimbangankan bumi demi keberlangsungan alam semesta dan melindunginya dari keserakahan. Tugas kita adalah takut, bersiap dan segera melakukan perbaikan. Karena fitnah dan musibah tidak hanya terjadi untuk orang dzalim, namun juga segenap orang baik dan ahli ibadah pun akan terdampak karenanya.

Mengingat Tanah Bumbu dibangun dengan landasan Islami, maka sudah saatnya pemerintah Tanah Bumbu dan para pemuka agama memberikan pemahaman konstruktif terhadap gempa yang terjadi saat ini. Kesadaran mitigasi menyelamatkan Tanah Bumbu dan Kalimantan Selatan banua tercinta tampaknya mulai menjadi bagian dakwah Hablum minal alam (hubungan manusia dengan alam) , selain menjaga habluminallah (hubungan manusia dengan Tuhannya) dan hablum minannas (hubungan kepada sesama manusia).

Tanah Bumbu patut dibanggakan sebagai salah satu kluster tambang favorit sejumlah perusahaan tambang nasional antara lain Arutmin Indonesia, Bumi Resources, Batulicin Steel, PT Meratus Jaya Iron Steel dan masih banyak lagi.

Mengingat pencapaian industri modern saat ini adalah ekonomi hijau, sudah saatnya Pak Bupati Zairullah beserta segenap jajarannya mulai menggandeng semua pelaku industri itu untuk bersama-sama melakukan transformasi paradigma baru menuju pertambangan yang berkelanjutan.

Caranya ? mulailah dari Km 171, sesulit apapun, perjuangkan, bersama tanpa perlu mencari biang keroknya.Lakukanlah yang terbaik untuk Tanah Bumbu sebagai wujud syukur selamat dari gempa berpotensi tsunami semalam. Insyaa Allah

Iklan
Iklan