Oleh : H. AHDIAT GAZALI RAHMAN
Semua mahluk hidup, termasuk manusia selalu ingin mendapatkan keberuntungan. Apa itu beruntung? Asal kata untung, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), untung memiliki beberapa pengertian. Pertama, untung berarti berlaba atau mendapat laba. Kedua, untung juga berarti bernasib baik atau mujur. Selain itu, untung bisa berarti berhasil atau tidak gagal dalam suatu usaha atau maksud.
Menurut Islam, untung itu adalah untung atau laba, yang dalam bahasa Arab disebut al-ribh, adalah kelebihan dari modal yang didapatkan dari suatu transaksi, terutama dalam jual beli. Secara sederhana, untung adalah selisih antara harga jual dengan harga beli suatu barang atau jasa. Namun, dalam konteks ekonomi Islam, keuntungan tidak hanya dipahami sebatas aspek material, tetapi juga mencakup keuntungan spiritual dan keberkahan di dunia dan akhirat.
Keuntungan dalam Islam tidak hanya dilihat dari sisi materi (keuntungan finansial), tetapi juga mencakup keuntungan spiritual seperti ketenangan, keberkahan, dan pahala di akhirat. Islam menganjurkan keuntungan yang diperoleh dengan cara yang adil, jujur, dan tidak menipu.
Dalam Islam, umat sangat dituntut untuk selalu berniat, berpikir, bertindak agar semua yang diusahakan selalu mendatangkan keuntungan, sebagaimana firman Allah SWT, “Keberuntungan bagi orang mukmin adalah mereka yang khusyuk dalam salat, menjauhi perkataan dan perbuatan tidak berguna, menunaikan zakat, menjaga kemaluan, menahan pandangan, serta menjaga amanat dan janji, yang pada akhirnya mereka akan mewarisi surga Firdaus. (QS. Al Mukminun : 1-11)
Keuntungan dalam Islam : 1. Keuntungan dari usaha yang halal. Keuntungan yang didapatkan dari usaha yang sesuai dengan syariat Islam, seperti jual beli yang jujur dan transparan; 2. Keuntungan spiritual. Keuntungan yang didapatkan dari amal ibadah, seperti sedekah, infak, dan berbuat baik kepada sesame; 3. Keuntungan akhirat. Keuntungan yang diraih di akhirat kelak, seperti surga dan keridhaan Allah SWT.
