BANJARBARU, KP – Kepulangan Hj Hayatun Fardah binti Ahmad Fadillah, istri Gubernur Kalimantan Selatan 2005-2015, H Rudy Ariffin dan sekaligus Ibunda dari Wali Kota Banjarbaru, H.M. Aditya Mufti Ariffin, SH, MH, masih menyisakan duka mendalam.
Meski Almarhumah telah dimakamkan, Rabu (26/5) sore kemarin di Taman Makam Bahagia, Landasan Ulin, Banjarbaru, ratusan papan bunga ucapan bela sungkawa terus bedatangan. Memenuhi sepanjang jalan di kawasan rumah duka, Jalan Garuda Kelurahan Komet, Banjarbaru.
Keluarga besar H Rudy Ariffin dan H M Aditya Mufti Ariffin, menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak. Atas perhatian, atas ucapan bela sungkawa, atas segala bantuan, dan atas do’a yang dipanjatkan untuk Almarhumah dan keluarga.
Kemudian, keluarga juga menyampaikan permohonan maaf dan ampun, andai selama perjalanan karir, selama bergaul dan bersilaturahmi, Almarhumah Hj Hayatun Fardah pernah melakukan kesalahan dan kekhilafan, ataupun ada hal-hal yang kurang berkenan.
Dan terakhir, terkait apabila ada urusan utang piutang, atau persoalan apapun yang belum terselesaikan dengan Almarhumah, agar kiranya bisa dikomunikasikan dengan segera kepada pihak keluarga.
“Mohon do’a untuk Almarhummah. Juga do’a untuk keluarga yang ditinggalkan,” ungkap Khairil Anwar, staf pribadi H Rudy Ariffin mewakili keluarga.
Seperti diberitakan, Hj Hayatun Fardah binti Ahmad Fadillah berpulang saat dalam perawatan di RSUD Ulin Banjarmasin, Rabu, 26 Mei 2021, sekitar pukul 15.09 Wita. Almarhumah yang lahir di Kandangan, 4 Agustus 1953, mengembuskan nafas terakhir dalam usia 67 Tahun menuju ke 68 tahun.
Kabar berpulangnya Hj Hayatun Fardah memang dirasa sangat mengejutkan. Prosesnya berlangsung cepat dan sangat mendadak.
Khairil menceritakan, pada Selasa, 18 Mei 2021, Hj Hayatun Fardah menyampaikan badan agak demam. Dan saat itu meminta agar dilakukan tes swab.
“Pada Jum’at, 21 Mei 2021, Hasil tes swab keluar, Beliau dinyatakan terkonfirmasi positif Covid 19. Namun saat itu, tidak ada gejala berat, beliau masih bisa beraktivitas seperti biasa, sehingga diizinkan tim Dokter untuk isolasi mandiri saja di rumah,” beber mantan wartawan Harian Radar Banjarmasin dan Media Kalimantan tersebut.
Selanjutnya, sambung Khairil,
pada Senin, 24 Mei 2021, siang, Hj Hayatun Fardah menyampaikan agak sesak bernafas, dan minta diberi bantuan tabung oksigen. Namun secara umum, kondisi kesehatan beliau masih tetap stabil. Sehingga juga tetap diizinkan istirahat di rumah.
Kondisi kesehatan Hj Hayatun Fardah baru diketahui telah menurun drastis pada Selasa, 25 Mei 2021, sekitar pukul 07.00 Wita, saat putranya, Wali Kota Banjarbaru, H M Aditya Mufti Ariffin SH MH ingin menjalankan tugas ke Surabaya.
“Pak Wali Kota sebagaimana kebiasaan setiap ingin bepergian, pagi itu bermaksud pamitan dengan Ibunda. Namun saat pintu diketuk, tidak ada respon. Akhirnya pintu dibuka dari luar, dan Ibu (Hj Hayatun Fardah) sudah dalam kondisi tidak merespon dengan saturasi oksigen di bawah 50%,” ungkap Khairil.
Hj Hayatun Fardah kemudian dibawa ke RSD Idaman Banjarbaru didampingi langsung oleh Wali Kota Banjarbaru. Agenda Wali Kota ke Surabaya pun dibatalkan.
Setelah diberikan pertolongan pertama, Hj Hayatun Fardah terbangun dan sadar. Ketika sadar itu, beliau bertanya; “Aku dimana?”. Lalu dijawab Wali Kota Aditya; “Pian di Rumah Sakit”.
Hj Hayatun Fardah bertanya lagi; “Kenapa di rumah sakit? Tadi rasanya habis sembahyang Subuh, Aku berabah-rabah dan taguring (rebahan dan tertidur).”
Setelah dijelaskan bahwa ia sempat tak sadar dan sebagainya, baru kemudian beliau memahami.
“Pada hari itu pula, untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif, Ibu dibawa ke RSUD Ulin Banjarmasin. Kondisi kesehatan beliau di RSUD Ulin Banjarmasin naik turun. Dengan bantuan terapi oksigen HFNC dan NRM, saturasi oksigen bisa naik sampai ke 80-90%, namun sesekali turun ke 50-60%,” beber Khairil.
Pada Rabu, 26 Mei 2021, hari kedua dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin, kondisi Hj Hayatun Fardah juga naik turun. Namun pada hari kedua ini, ia tampak lebih segar.
Diceritakan Khairil, pagi hari, Hj Hayatun Fardah aktif berkomunikasi dengan handphonenya. Ia sempat mengirim pesan WA kepada staf pribadi beliau, minta dibawakan baju daster yang bagus, gamis, speaker mengaji, juga buku amaliah yang biasa beliau baca. “Buku Amaliah Nang Kuning,” begitu salah satu petikan chat Hj Hayatun Fardah yang masuk ke handphone stafnya.
Pada hari kedua ini, lanjut Khairil, Almarhumah juga sempat berkomunikasi lancar dengan seluruh anak dan menantu. Termasuk putra bungsunya yang bertugas sebagai TNI AD di luar daerah, yang mengingat kondisi kesehatan Ibunda naik turun, memutuskan untuk datang ke Banjarmasin.
“Semua kumpul dan sempat berjumpa langsung.
Ibu sempat pula minta belikan jus lewat putri tertua beliau, dan sudah dibelikan serta dikonsumsi oleh beliau,” ujar Khairil.
Dengan kondisi kesehatan yang cukup bagus. Sekitar pukul 13.00 Wita selepas shalat Dzuhur, seluruh anggota keluarga kemudian berpamitan untuk istirahat, dan Hj Hayatun Fardah melambaikan tangan diiringi senyum khas beliau.
Namun pada sekitar pukul 14.50 Wita, dikabarkan kondisi kesehatannya kembali turun. Dokter menutuskan untuk memberi obat suntik melalui infus untuk membantu menaikkan saturasi oksigen. Wali Kota Banjarbaru yang sejak hari pertama memilih menginap di salah satu hotel dekat rumah sakit, bergegas menemui.
Disaksikan langsung oleh Wali Kota, Ibunda Hj Hayatun Fardah binti Ahmad Fadillah mengembuskan nafas terakhir sekitar pukul 15.09 Wita. “Beliau berpulang seperti orang tertidur. Memejamkan mata, lalu seketika berpulang,” kenang Wali Kota.
Innalillahi wa Inna Ilaihi Roji’un. Seluruh keluarga selanjutnya berkumpul di RSUD Ulin Banjarmasin. Termasuk sang suami, H Rudy Ariffin. Seluruh keluarga menyaksikan senyum serta wajah putih dan bersih Hj Hayatun Fardah sebelum dikafani.
Pemulasaran sepenuhnya dilaksanakan di RSUD Ulin Banjarmasin. Sekitar pukul 17.00 Wita, Almarhumah dishalatkan di RSUD Ulin Banjarmasin dengan diimami oleh H. Ibnu Sina. Selanjutnya, langsung menuju pemakaman.
Pemakaman Hj Hayatun Fardah binti Ahmad Fadillah dilaksanakan di Taman Makam Bahagia, Landasan Ulin, Banjarbaru bersamaan dengan kumandang Adzan Magrib. Bertepatan dengan Gerhana Bulan Total, Super Blood Moon.
Awan mendung dan pelangi di langit sebelah kanan menemani sepanjang perjalanan. Beberapa wilayah bahkan diguyur hujan.
Tiba di pemakaman sekitar pukul 18.00 Wita. Sahabat, kerabat, dan orang-orang terdekat sudah menanti. Almarhumah kemudian dishalatkan sekali lagi. Dipimpin oleh Sekretaris Daerah Kota Banjarbaru, Habib Said Abdullah al-Kaff.
Mengingat riwayat sakit beliau, pemakaman dilaksanakan dengan protokol kesehatan. Diadzankan, kemudian dibacakan talqin sebanyak tiga kali, ditutup tahlil dan do’a.
Hj Hayatun Fardah berpulang, meninggalkan suami, tiga anak, serta lima cucu. Sebelum berpulang, Hj Hayatun Fardah sempat berkomunikasi langsung dengan seluruh anak dan memantu. Pun dengan suami, H Rudy Ariffin.
“Saat lebaran, Ibu mencium tangan Bapak, bermaaf-maafan. Bahkan, tepat sehari sebelum Ibu dibawa ke rumah sakit, beliau dan Bapak H Rudy Ariffin sempat berolahraga bersama,” ujar Khairil.
“Bapak olahraga berjalan mengelilingi lapangan, ibu duduk-duduk di pendopo. Sesekali Bapak mencandai dengan memandang beliau, dan dibalas ibu dengan senyum sumringah beliau,” sambungnya.
“Bismillah, InsyaaAllah, Ibu Hj Hayatun Fardah binti Ahmad Fadillah berpulang dalam keadaan Husnul Khatimah, syahid karena wabah. Mohon do’a untuk beliau. Juga do’a untuk seluruh keluarga yang ditinggalkan. Aamiin…,” tutup Khairil.(KPO-1)