Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Nazar Kok Bunuh Diri

×

Nazar Kok Bunuh Diri

Sebarkan artikel ini

Oleh : Salasiah, S.Pd
Pemerhati Sosial Keagamaan

Bernazar akan bunuh diri jika tidak lulus masuk di perguruan tinggi negeri impiannya. Seorang mahasiswi mewujudkan nazarnya yang tidak biasa. Dia akhirnya meninggal akibat over dosis alkohol dan beberapa obat yang diberikan oleh psikiater. Bunuh diri semakin menjadi obsesinya, setelah mendapatkan hinaan dari sang pacar yang abusive, gaslighting, dan sudah tidak mencintainya (Hops.id, 13/07/2022).

Baca Koran

Bunuh diri oleh mahasiswa bukan hanya kali ini terjadi. Sebelum ditemukan tewas gantung diri, mahasiswa berinisial BH sempat berkeluh kesah soal kuliahnya selama 7 tahun yang tak kunjung selesai. (Kompas.com 15/07/2020).

Bunuh diri (suicide), menjadi pilihan solusi dari masalah yang dihadapi remaja saat ini. Dunia remaja milineal yang penuh dengan kemudahan dan imajinasi dengan fasilitas gawai sebagai teknologi murah seharusnya menjadikan sebuah semangat untuk eksis dalam kehidupan. Namun berkebalikan dari semangat itu, ternyata dunia remaja saat ini diwarnai dengan tekanan dan loss tujuan hidup.

Sepertinya kondisi remaja terlihat baik-baik saja. Tetapi dalam keseharian mereka dihadapkan dengan tantangan kemaksiatan yang sudah membaur, bahkan sudah teranomali dalam dunia mereka. Mirisnya menjadi life style yang rapuh dan membingungkan.

Sedari bangun tidur mereka sudah berada dalam sentuhan gawai, memeriksa notifikasi yang masuk dan berasumsi keharusan masuk dalam dunia maya, sebelum membangunkan diri untuk berada di bunia nyata mereka. Info tren baju terbaru dari idola mereka sudah mereka update sesaat membuka mata, bahkan pacar baru artis yang jadi buah bibir pun sudah menjadi rumpian dalam grup sosial media.

Game online menuntut jari mereka untuk tidak berlepas dari gawai, sambari mengucap umpatan-umpatan kotor yang diimplikasi bisa menambah juang mereka memenangkan game. Entah di jam berapa tidur dan bangun mereka, seakan sudah tidak perlu lagi siklus siang dan malam, karena dunia maya tak memerlukan itu. Survive mereka pun hanya dalam imaginasi dunia maya. tetapi melemah dalam dunia nyata.

Baca Juga :  BAZNAS

Pergaulan bebas sudah menjadi keharusan. Remaja akan dinyinyir kawan-kawannya jika tidak memiliki pasangan dating. Polesan wajah wajib diaplikasikan untuk mendapat pengakuan cantik, bahkan oleh mereka yang memilih bercadar. Bulliying bisa dilakukan hanya karena masalah yang remeh temeh. Hanya karena tidak dibalas schat wa oleh pacar, bisa tidak mau makan dan melukai diri. Hubungan tanpa status pun bermunculan dengan istilahnya masing-masing agar tidak terbebani dengan tanggunh jawab komitmen halal dalam pernikahan.

Kapitalisme membentuk remaja dan pelajar hanya menjadi konsunen, yang semua kebutuhan hidupnya dituntun oleh iklan pasar kapital. Standar nilai pun akhirnya ditentukan oleh model pasar, bukan ditentukan oleh nilai ketakwaaan agamanya, begitulah sekularisme bekerja.

Pendidikan sistem kapitalisme menghasilkan generasi yang alay dan berorientasi pasar. Di mana pendidikan yang bagus hanya di peroleh dengan biaya mahal. Output yang berbanding dengan harga yang dikeluarkan oleh masyarakat. Keperibadian yang kuat dan tangguh yang mestinya dihasilkan dalam pendidikan direcoki oleh lingkungan dan pergaulan sosial yang bertolak belakang.

Disaat bersamaan, himpitan hidup terus dirasakan dengan melambungnya harga-harga sandang, pangan, papan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bahkan harga kebutuhan yang dikelola oleh badan negara pun diperoleh denga harga yang tidak murah, begitu pun untuk memperoleh pendidikan. Begitulah sejatinya sifat sistem sekuler membangun masyarakat, penuh tekanan hidup.

Remaja dan pelajar yang mestinya menjadi problem solver malah menjadi sumber masalah. Seakan bunuh diri bisa menyelesaikan masalah dan menutup cerita mereka. Padahal mungkin akan muncul cerita dan masalah baru. Sudahnya penyelidikan yang terus berjalan menyeret namanya, aotupsi yang harus menyayat tubuhnya. Dan tak kalah merepotkan adalah cerita mistis yang muncul.

Baca Juga :  MISKIN

Membanding pendidikan Islam yang selalu bersandar kepada aqidah. Bentukan yang dihasilkan adalah kepribadian Islam yang pola pikir dan pola sikapnya dijaga oleh kekuatan aqidah. Kepribadian Islam alamiahnya akan berada pada lingkungan dan pergaulan yang sehat secara fisik maupun mental.

Sejak awal pendidikan, yang dibangun adalah nilai ketakwaan. Tidak akan ditemukan pilihan bunuh diri hanya karena gagal masuk sekolah favorit. Sesungguhnya ketakwaan yang hilang itulah penyebab lossnya tujuan hidup remaja. Sehingga mudahnya remaja memilih jalan bunuh diri untuk menyelesaikan masalah. Dalam pendidikan Islam, bunuh diri adalah jalan haram yang tak akan pernah terwacanakan sekalipun. Wallahu’alam bishshwab.

Iklan
Iklan