Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

MESIAS, PERSPEKTIF AGAMA-AGAMA

×

MESIAS, PERSPEKTIF AGAMA-AGAMA

Sebarkan artikel ini

oleh: Noorhalis Majid

SEMUA peserta dialog duduk melingkar di aula kampus Sekolah Tinggi Teologi – Gereja Kalimantan Evangelis (STT GKE). Tema yang diangkat dalam dialog teologis yang diselenggarakan FKUB Kalimantan Selatan pagi itu agak berbeda, Konsep Mesias Dalam Perspektif Agama-Agama. Sesuatu yang menjadi pertengkaran sepanjang zaman, terutama pada 3 agama, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Menghadirkan Pdt Em Johnson F Simanjuntak, MTh dari Kristen, Dr Zainal Abidin, dari UIN Antasari, dan Ustadz DR H Busyairi Ali, dari Ahlul Bait Indonesia.

Lebih 40 tokoh lintas agama hadir mendengarkan dialog yang sangat menarik tersebut, sebab menjadi perbincangan dan bahkan visi agama-agama, tentang datangnya juru selamat yang akan menolong umat manusia dari segala kekacauan hidup, terutama pada akhir zaman.

Baca Koran

Mengangkat tema ini memunculkan banyak pertanyaan kritis, apakah konsep Mesias memiliki akar agama-agama pagan, termasuk agama nenek moyang berupa kepercayaan, dan jika demikian, sejauh mana orang yang mempercayainya dipengaruhi paganisme atau aliran kepercayaan? Bagaimana pandangan Yahudi terhadap Mahdisme dan bagaimana pengaruhnya secara ideologis dan politis? Bagaimana pandangan Kristen terhadap Mesias? Apa pandangan Syiah dan Sunni tentang Mesias dan Mahdisme? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi bahan diskusi sebagai titik perjumpaan agama-agama, bahkan aliran-aliran pada agama, untuk saling memahami dan mengerti berbagai perbedaan pandangan.

Pdt Johnson F Simanjuntak mengatakan, bagi umat Kristen minggu sekarang ini sedang menanti Mesias, puncaknya 25 Desember. Kalau ada pertanyaan, apakah konsep Mesias sangat kuat bagi Kristen?, jawabnya tentu sangat kuat. Konsep tersebut berakar dari agama Yahudi atau bangsa Israel.

Awalnya ditujukan pada Raja, Nabi, dan imam, mereka dikatakan sebagai Mesias. Belakangan konsep ini lebih kental tertuju pada tokoh politik, karena terkait kepemimpinan, tokoh yang diharapkan membawa perubahan.

Daud-lah tokoh pertama yang memulai mengenalkan Mesias, sehingga bagi orang Yahudi, Daud dianggap sebagai Mesias. Ia menjadi tokoh Mesias yang pernah hidup dan menjadi Mesias selama lamanya. Pasca Daud, abad ke 9 SM, ketika Israel pecah menjadi dua, muncul perdebatan soal Mesias. Begitu juga abad ke 8 SM, ketika korupsi di pemerintahan merajalela, harapan lahirnya Mesias baru kembali muncul. Namun ketika raja baru yang dinantikan tersebut muncul, ternyata tidak seperti diharapkan, akhirnya mendatangkan kekecewaan, karena pemimpin tersebut ternyata asyik dengan dirinya sendiri. Bahkan Raja yang dianggap sebagai Mesias tadi jadi tawanan. Mesias menjadi hamba yang mau menderita kepada banyak orang, konsep ini menjadi perdebatan.

Baca Juga :  ISLAM DAN TEKNOLOGI

Perjanjian Baru, Mesias itu berarti Yesus Kristus. Yesus sang Mesias. Yesus menjadi penggenap Mesias masa depan. Penyaliban terhadapnya, bukti dia memang Mesias. Pun penolakan Yahudi, juga bukti dia Mesias. Kerajaan Allah yang dibangunnya, tidak melingkupi wilayah tapi dalam arti suasana kasih, rasa adil, rasa damai dan mau berjuang dengan orang lain. Membangun kehidupan Rohani penuh cinta kasih, itulah yang menjadi ajarannya. Mesias untuk masa depan yang diwujudkan di masa sekarang.

Zainal Abidin memaparkan Mesias dalam pespektif Suni, mengatakan bahwa Mesias menjadi topik menarik, terutama di kawasan Timur Tengah, ketika konflik semakin bergejolak. Harapan datangnya Mesias semakin kuat pada saat konflik dan kekerasaan menimpa suatu bangsa, dan itu yang berlangsung di Timur Tengah. Apalagi berbagai riwayat mengatakan, kedatangannya tepat di tanah tersebut, maka semakin hiduplah konsep Mesias di tengah masyarakat kehilangan harapan akan keadilan dan kedamaian.

Timur Tengah merupakan titik lokasi akhir zaman yang diceritakan dalam tradisi Suni dan Syiah. Bahkan sudah muncul pendapat bahwa Imam Mahdi sudah ada sekarang ini, hanya saja belum menampakkan dirinya. Orang sedang menunggu Imam Mahdi benar-benar muncul, karena Dajjal yang disimbolkan dalam bentuk kejahatan dan penindasan yang sekarang sedang berlangsung, sudah cukup menjadi alasan bahwa Imam Mahdi akan muncul.

Kalau merujuk pada berbagai hadist Nabi Muhammad SAW, dijelaskan bahwa Nabi Isa nanti akan datang di akhir zaman. Kedatangannya dimaksudkan untuk mengatasi Dajjal. Pada saat itu muncul kembali pemerintahan bersistem kekhalifahan, Imam Mandi menjadi khalifah terakhir. Setidaknya terdapat sekitar 20-an hadist yang menguraikan cerita ini. Memang ada pendapat bahwa hadist terkait Mesias sangat rentan disusupi muatan politik. Bahkan dianggap dipengaruhi cerita Israilliat, karena itu hadist menyangkut Mesias, jangan dimaknai secara tekstual, harus pula dilihat secara simbolik, bahkan mesti dimaknai lebih luas. Terbukti sepanjang sejarah, banyak yang mengklaim sebagai Imam Mahdi. Iqbal, tokoh pemikir Islam yang sangat terkenal, mengatakan bahwa Imam Mahdi itu adalah orang baik yang hidup pada zaman yang salah.

Baca Juga :  Membangun Ketangguhan Masyarakat Menghadapi Bencana

Busyairi Ali yang menyampaikan dalam perspektif Syiah, mengatakan bahwa Mesias adalah harapan akan hadirnya keteraturan, karena ketika zaman semakin tidak terkendali, kejahatan sudah melampaui batas, maka Imam Mahdi datang bersama Isa Al Masih sang Mesias, dan bertugas memerangi kezoliman yang dimotori oleh Dajjal.

Bagi Syiah, Imam Mahdi sudah lahir sejak tahun 255, tapi kemudian tersembunyi atau ghoib. Nanti pada waktunya, ia akan muncul bersama Isa Al Masih. Imam Mahdi itu sendiri keturunan dari Nabi Muhammad. Ia akan menjadi imam sholat dari Isa Al Masih. Bagi Syiah, konsep Imam Mahdi merupakan ushul yang pokok, yang diyakini sebagai sesuatu yang pasti datang pada waktu yang ditetapkan.

Para tokoh pun memberikan tangapan, Dr. Darius Dubut mengatakan, Mesias merupakan tokoh spiritual sekaligus tokoh sosial. Ia merujuk pendapat Gus Dur, yang mengatakan bahwa Mesias merupakan fenomena tunggal yang wajahnya banyak. Mesias merupakan gerakan religiopolitik. Agama itu hendaknya berperan di masyarakat, mengajarkan sisi spiritual dan sosial sekaligus. Ada titik jumpa dan titik pisah agama-agama ketika membicarakan Mesias. Spirit pembebasan yang ada pada konsep Mesias, dapat menjadi titik jumpa agama-agama.

Ilham Masykuri Hamdie mengatakan, Mesias adalah satu konsep gerakan sosial religius, untuk melakukan berbagai perubahan sosial di tengah masyarakat. Sayangnya Mesias dipahami sebatas pada kultus.

I Wayan Suardiyasa mengatakan, Mesias dalam istilah berbeda, juga ada pada Hindu dalam konsep Avatar. Nanti sekitar 450 tahun lagi dari sekarang, akan lahir Avatar yang berfungsi sebagai penyelamat. Pada saat itu dunia dipenuhi kekacauan dan Avatar datang sebagai pembawa perubahan.

Zulkifli Tedja, tokoh agama Buddha, juga mengatakan mengenal konsep Mesias dalam wujud Buddha Maitreya. Nanti dia akan muncul sekitar 500 tahun lagi, dan bertujuan memberikan pencerahan kepada semua manusia tentang jalan yang benar menuju Tuhan. Pada waktu itu agama sudah tidak ada lagi, dan hukum sudah tidak berlaku, maka Buddha sang Mesias, datang menuntun umat manusia menuju nibbana.

Ternyata benar, konsep Mesias dapat menjadi titik pisah sekaligus titik jumpa agama-agama, maka membicarakanya, bagian dari memahami agama-agama itu sendiri. (nm)

Iklan
Iklan