Oleh : AHMAD BARJIE B
Ketika Rasulullah menjalani Isra dan Mi’raj, kepada beliau diperlihatkan pemandangan surga dan neraka. Di neraka di antaranya beliau melihat suatu kaum yang dilempari dengan batu sampai hancur kepalanya, kemudian dikembalikan lagi dan dilempari sampai hancur lagi, demikian seterusnya. Nabi bertanya kepada Malaikat Jibril. Dijelaskan oleh Jibril, itulah gambaran kaum yang berat sekali mengerjakan shalat, sehingga shalat sering mereka tinggalkan.
Memang saat ini umat Islam Indonesia belumlah mengerjakan shalat sebagaimana mestinya. Indonesia Moslem Report melaporkan dari 240 juta muslim Indonesia, hanya 38,7 persen yang melaksanakan shalat lima waktu, dari jumlah itu 7,6 persen sering shalat berjamaah, dan 2 persen selalu shalat berjemaah di masjid atau langgar. Dengan demikian, mereka yang selalu melaksanakan shalat lima waktu, apalagi berjemaah masih sedikit sekali. Hal ini erat kaitannya dengan pendidikan keluarga sebelumnya. Karenanya untuk memperbaiki semua ini, besar sekali tanggung jawab para orangtua, kepala keluarga. Allah SWT berfirman dalam Al Quran surah at-Tahrim ayat 6, yang berisi peringatan Allah SWT agar semua orang beriman menjaga diri dan keluarganya dari siksa api neraka, yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, sementara penjaga neraka adalah para malaikat yang bengis dan kejam, yang tidak pernah menolak perintah Allah untuk menyiksa manusia yang berdosa.
Imam Ali bin Abi Thalib, sebagaimana dikutip dalam Tafsir Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa orangtua berkewajiban mendidik anak-anak dan anggota keluarganya shalat, puasa, berakhlak mulia, membaca Alquran dan sebagainya, sehingga setelah remaja dan dewasa mereka menjadi orang yang taat beragama. Orangtua dibolehkan mendidik dengan keras apabila anak-anaknya bandel, sebagaimana diterangkan dalam hadits, yang artinya: (Suruhlah anak-anakmu shalat ketika mereka berusia 7 tahun, dan pukullah jika mereka tidak mau shalat pada usia 10 tahun. HR. Abi Daud).
Anak-anak memang belum mukallaf, belum baligh, jadi hakikatnya mereka belum terkena kewajiban shalat. Namun para orangtualah yang berkewajiban membiasakan shalat, dan hal ini besar sekali pahalanya di sisi Allah.
Kemudian anak-anak harus diajak shalat berjemaah ke masjid atau langgar, bersama dengan orangtuanya. Jangan orangtua hanya menyuruh tapi tidak menyertainya. Pengurus masjid juga hendaknya ramah terhadap anak-anak dengan tidak memarahi mereka. Yang dikhawatirkan, bukannya anak-anak berlari-lari di masjid, tapi mereka berlari dari masjid, menjauh dari masjid, padahal tanda orang-orang beriman adalah yang selalu dekat dengan masjid. Firman Allah SWT, “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orag-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapa pun selain Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. At Taubat : 18).
Semoga di bulan Rajab dan Sya’ban ini kita diberkati oleh Allah, dan kita disampaikan ke bulan Ramadan dan seterusnya. Semoga keberagamaan kita dari hari ke hari lebih baik, dengan memakmurkan masjid, termasuk tetap melaksanakan shalat lima waktu secara berjemaah. Amin-Amin ya Rabbal alamin.