Iklan
Iklan
Iklan
OPINI

Pentingnya Memahami Cyberbullying dan Dampaknya pada Korban

×

Pentingnya Memahami Cyberbullying dan Dampaknya pada Korban

Sebarkan artikel ini

Oleh : Muhammad Hafiz Rizani
Mahasiswa Program Studi Teknologi Informasi, Universitas Sari Mulia

Cyberbullying sudah menjadi fenomena yang sering terjadi di era teknologi seperti sekarang. Tindakan cyberbullying biasanya terjadi di kalangan remaja. Sebuah penelitian yang berjudul “A Majority of Teens Have Experienced Some Form of Cyberbullying”, menyebutkan bahwa 59 persen remaja yang menggunakan internet pernah menjadi korban cyberbullying. Angka ini lebih besar dibandingkan korban yang berusia dewasa sebesar 33 persen. Dikarenakan tingkat emosional yang masih labil, sehingga memungkinkan perilaku bullying ini sering terjadi di kalangan para remaja.

Android

Secara umum, cyberbullying terjadi di media sosial, game online, dan berbagai jenis platform yang menyediakan fitur untuk chatting. Pada beberapa kasus, korban bahkan lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya akibat perundungan yang ia terima.

Menurut Willard (2005), cyberbullying adalah perlakuan kejam yang dilakukan dengan sengaja kepada orang lain dengan mengirimkan atau mengedarkan bahan yang berbahaya atau terlibat dalam bentuk-bentuk agresi sosial menggunakan internet atau teknologi digital lainnya.

Meski perundungan ini tidak dilakukan secara tatap muka, dampak dari kejahatan ini sangat berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologis korban. Dikutip dari KompasTekno dari situs UNICEF, bila ditinjau dari aspek mental, misalnya korban akan merasa malu, kesal, bodoh, takut, hingga marah. Kemudian dari aspek emosional, si korban akan merasakan perasaan malu yang berlarut-larut sehingga dapat berdampak pada penurunan minat atau gairah terhadap sesuatu yang ia sukai. Sementara dari segi fisik, korban yang sering kali dipermalukan atau dilecehkan oleh pelaku dapat mengalami kelelahan yang berlebihan, muncul gejala sakit kepala atau sakit perut akibat kurang tidur, dan sebagainya.

Cyberbullying memiliki jenis-jenisnya tersendiri, yang pertama ada Flaming. Flaming merupakan perilaku yang berupa mengirim pesan teks dengan kata-kata kasar, dan secara terang-terangan. Perlakuan ini biasanya dilakukan di dalam sebuah chat group di media sosial seperti mengirimkan gambar-gambar yang dimaksudkan untuk menghina orang yang dituju. Kedua, Harassment. Harassment merupakan perilaku mengirim pesan-pesan dengan kata-kata tidak sopan, yang ditujukan kepada seseorang berupa gangguan yang dikirimkan melalui email, sms, maupun pesan teks, di jejaring sosial secara berkelanjutan. Harassment merupakan hasil dari tindakan flaming dalam jangka panjang. Harassment dilakukan dengan saling berbalas pesan atau bisa juga disebut dengan perang teks. Ketiga, Denigration. Denigration merupakan perilaku menyebar luaskan keburukan seseorang di internet dengan maksud untuk merusak reputasi dan nama baik orang yang dituju. Contohnya seperti seseorang yang mengirimkan gambar-gambar orang lain yang sudah diedit sebelumnya menjadi lebih sensual agar korban diolok-olok dan mendapat penilaian buruk di mata orang lain. Keempat, Impersonation. Impersonation merupakan perilaku berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik. Kelima, Outing and Trickery. Outing merupakan perilaku menyebarkan rahasia orang lain, atau foto-foto pribadi milik orang lain. Trickery merupakan perilaku membujuk seseorang dengan tipu daya agar mendapatkan rahasia atau foto pribadi orang tersebut. Keenam, Exclusion. Exclusion merupakan perilaku dengan sengaja dan kejam mengeluarkan seseorang dari grup online tanpa sebab. Dan yang terakhir, Cyberstalking. Cyberstalking merupakan perilaku berulang kali mengirimkan ancaman membahayakan atau pesan-pesan yang mengintimidasi dengan menggunakan media komunikasi elektronik.

Cyberbullying bisa terjadi dikarenakan beberapa sebab, diantaranya ialah iseng di dunia maya, awalnya pelaku akan melakukan bully dengan iseng di media sosial. Kemudian akan timbul rasa senang pada diri pelaku sehingga ia menyukai perbuatannya tersebut. Tidak mendapat bimbingan, hal ini ditimbulkan sebab si pelaku bullying tersebut tak menerima bimbingan dari orang tua dalam bermedia sosial. Menjadi korban bully di dunia nyata, pelaku cyber bully juga bisa sebagai korban bully di dunia nyata. Kemudian orang tersebut membalas perbuataan bully melalui media sosial. Tidak percaya diri, perasaan tak percaya diri atau insecure ini bisa menjadi penyebab seseorang melakukan cyber bullying. Ini dilakukan untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga dia akan menghina kelebihan atau kekurangan orang lain melalui media sosial. Ingin menjadi terkenal, penyebab cyber bullying yang terakhir ialah karena seseorang ingin menjadi populer di dunia maya.

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka menjadi pelaku perundungan di dunia maya. Beberapa orang berpikir, tindakan perundungan yang dilakukannya hanyalah bagian dari candaan. Candaan yang sehat tentunya tidak akan menyakiti hati orang lain. Maka dari itu pentingnya menerapkan beberapa hal agar kita tidak menjadi pelaku cyberbullying, dimulai dengan cara menumbuhkan rasa empati di dalam diri dengan berusaha untuk memahami perasaan orang lain. Berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak, pertimbangkan dampak apa yang dapat ditimbulkan. Menghormati orang lain sebagaimana anda ingin juga dihormati. Menanamkan sikap toleransi dengan menghargai perbedaan, baik agama, suku, gender, dan pandangan terhadap sesuatu. Ikuti hati nurani, jika melihat orang lain menjadi korban, berusahalah untuk menghentikannya.

Cyberbullying adalah tindakan yang tidak dapat ditolerir. Apabila Anda menjadi salah satu korban, jangan takut untuk melakukan perlawanan dengan cara memblokir akun sosial media si pelaku, bahkan jika perlu laporkan ke pihak yang berwajib. Apabila tindakan perundungan yang diterima mulai memengaruhi kesehatan fisik dan mental, segera konsultasikan kondisi Anda ke dokter. Langkah ini penting dilakukan untuk mencegah kondisi Anda bertambah parah.

Iklan
Iklan