Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

MENCINTAI TIGA TA

×

MENCINTAI TIGA TA

Sebarkan artikel ini
Ahdiat Gazali Rahman
H AHDIAT GAZALI RAHMAN

Oleh: H AHDIAT GAZALI RAHMAN

Kata cinta, menurut Kamus besar Bahasa Indonsia (KBBI) adalah perasaan suka sekali, sayang benar, kasih sekali, terpikat, ingin sekali, berharap sekali, rindu, khawatir, dan risau.  Cinta juga dapat diartikan sebagai perasaan yang kuat, dalam, dan intens terhadap seseorang. Cinta dapat dirasakan terhadap sesama, alam, dan negeri. Sedangkan menurut Islam, cinta adalah limpahan kasih sayang Allah kepada seluruh makhluknya. Cinta juga merupakan dasar persaudaraan antar manusia dan perasaan yang melandasi hubungan dengan makhluk lain. 

Baca Koran

Sedangkan “Ta” merupan singkatn dari kata “Harta, Tahta dan Wanita”. Tiga kata yang menjadi harapan semua manusia normal yakni mencari harta, mencari tahta dan ingin mendapatkan cintanya Wanita. Perilaku itu tidak salah, namun Islam sebagai agama yang banyak dianut oleh bangsa Indonesia berpesan agar dalam mendapatkan ketiga “Ta” itu harus sesuai dengan ajaran Islam, tentang harta cari harta sebanyak-banyaknya namun harus dengan cara halal, karena jika menggunakan cara yang haram maka Allah akan memberikan sangsi sebagaimana firman Allah SWT, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu”. (QS. An Nisa : 29)

Hidup dengan kekayaan yang berlimpah menjadi dambaan banyak orang. Seseorang dikatakan sukses apabila ia memiliki harta dan kehidupan yang serba cukup. Secara garis besar, kekayaan dapat diartikan sebagai ke mampuan untuk terus bertahan hidup dengan gaya hidup yang ada, tanpa harus bekerja. Tidak ada yang salah dengan keinginan untuk menjadi kaya. Bahkan mencari kekayaan disyariatkan dalam Islam karena itu berarti mencari rejeki dan berusaha di dunia sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah”. (QS. Al Ahzab : 10)

Baca Juga :  Safari Ramadhan : Tali Rasa dan Ekonomi Indonesia Sejahtera

Menginginkan tahta atau jabatan jika di Indonesia jabatan itu terdiri dari yang terkecil seperti ketua Rukun tetangga (RT), hingga pimpinan negara, semua itu adalah “Tahta” yang pada umumnya menjadi harapan manusia untuk mendapatkannya. Islam tidak melarang hambanya untuk mendapatkan tahta itu, tapi harus dengan jalan yang benar, jauh dari jalan mungkar hal ini sejalan dengan firman Allah SWT, “Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), kemudian Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu sebagai imam (pemimpin) bagi seluruh manusia’. Ibrahim berkata: ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku’. Allah berfirman: ‘Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zhalim’ dan dalam Hadist yang diriwayatkan Al-Bukhari “Apabila amanah telah disia-siakan, maka nantikanlah tibanya hari kiamat. Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan menyia-nyiakan amanah? Beliau menjawab: ‘Apabila perkara itu diserahkan kepada selain ah
linya, maka nantikanlah tibanya hari kiamat”. (QS. Al Baqarah : 124).

Dan dalam firman Allah SWT, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS. Al Kahfi : 46)

Sedangkan “Ta” yang terahir ini adalah Wanita. Tidak ada pria normal yang tidak menginginkan wanita, namun keinginan ini harus sejalan dengan agama, jangan bertentangan dengan agama, ketika senang dengan wanita maka usaha melakukan perkawinan dengan wanita itu sesuai dengan aturan agama. Jangan menjadikan wanita hanya sebagai tempat memuaskan nafsu belaka (berzina), tanpa lewat perkawinan yang seharusnya sesuai dengan aturan agama, sebagaimana firman Allah SWT, “Janganlah kalian mendekati zina karena zina itu tindakan keji dan jalan buruk”. (QS. Al Isra : 32). Islam memandang zina sebagai salah satu dosa besar yang nantinya dapat menghancurkan tatanan kehidupan, baik dari keluarga dan masyarakat. Zina juga menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan moral, zina dan keharamannya berlaku sampai hari kiamat nanti. Dan dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad bersabda, “Belajarlah dariku, belajarlah dariku. Allah telah memberi jalan keluar bagi mereka: Perjaka yang berzina dengan gadis didera seratus kali dan diasingka
n. Laki laki yang sudah menikah berzina dengan perempuan yang sudah menikah, didera seratus kali dan dirajam.” (Muslim)

Iklan
Iklan