Oleh : Siti Rahmah,S.Pd.
Dilansir dari viva.co.id(14/9/2020) Menteri Koordinasi Politik,Hukum dan Keamanan (Menko Pulhukam) menyatakan bahwa pemerintahan prihatin dengan peristiwa penusukan Syekh Ali Jaber di Bandar Lampung. Mahfud menyebutkan bahwa dakwah-dakwah Syekh Ali Jaber tidak pernah politis.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini mengaku sudah memerintahkan aparat keamanan untuk mengusut tuntas kasus ini. mahfud juga meminta bantuan pihak lain seperti Badan Intelijen Negara atau BIN.
Selain itu, Mahfud juga meminta aparat untuk memonitor dan melindungi para ulama. Menurut Mahfud, para ulama ketika berdakwah juga layak untuk mendapatkan perlindungan dari pemerintah.
Kasus kriminalisasi ulama dan pendakwah di negeri ini belum berhenti. Sejak rezim berkuasa, kasus kriminalisasi terhadap ulama dan pendakwah kerap terjadi. Namun kasus-kasus tersebut belum ada titik terangnya. Karena pelaku dinyatakan orang gila atau kurang waras.
Jika Negara berhenti menelusuri fakta, maka kasus tersebut akan berakhir. Jika pelakunya ditetapkan gila. Sebab orang gila memang tidak dapat diambil pertanggung jawaban secara pidana atas perbuatan yang dilakukannya. Dibiarkan berlarut tanpa adanya keseriusan dari aparat yang berwenang. Sehingga akhirnya kasusnya menguap bahkan akhirnya hilang bak ditelan bumi.
Ada fenomena yang harus diungkap oleh Negara. Fenomena percobaan pembunuhan terhadap ulama yang dilakukan dengan melakukan serangan fisik yang umumnya menggunakan senjata tajam. Dan kenapa harus ulama? Sunguh miris, saat ini ulama diperlakukan buruk. Disaat yang sama, tetap saja pemerintah mendengungkan narasi radikal, radikalisme sesuatu yang tidak menyambung sama sekali denagn permasalahan di negeri ini. Inilah jalan terjal yang harus ditempuh para ulama. Jalan dakwah tak pernah sepi dari ujian dan pertentangan.
Pemuja kebatilan selalu berupaya memadamkan cahaya Islam. Mereka mengatur makar membungkam ulama, baik dengan opini negatif, rayuan rupiah maupun tindakan kasar.
Di rezim saat ini menjadikan ulama sebagai target percobaan pembunuhan karena ulama merupakan sesuatu yang sensitif. Sesuatu yang mudah menggerakkan umat dan menyentuh umat di negeri ini yang mayoritas muslim. Dengan adanya fenomena ini figure ulama sangat mudah menggiring opini terfokus dengan fakta ditempat kejadian. Ini bagian skenario politik untuk tujuan politik dengan target yang jelas menebarkan teror ditengah umat, dengan biaya murah, karena memang targetnya opini.
Hal ini semakin tidak terbantahkan karena kasus penusukan yang dilakukan orang gila kepada ulama dan pengemban dakwah sangat marak beberapa tahun terakhir ini. dengan pola yang sama dan berulang tentu menjelaskan bahwa ini bukan arahan dari orang biasa
Teror kepada ulama dan umat islam. belum kering luka kaum muslim negeri ini setelah stigma negative good looking ditujukan pada penghapal Al-Quran dan seseorang yang pandai berbahasa arab sebagai cikal-bakal penyebar radikalisme di mesjid-mesjid.
Politik yang mengaduk lumpur atau mengacaukan masyaraka ini tidak lepas dari kekuatan besar di rezim ini. Negara saat ini sangat tidak berpihak pada mayoritas masyarakatnya yang beragama Islam. Sistem kapitalis sekuler yang di anut Negara ini tidak berpihak pada ulama secara penuh.
Sistem demokrasi sekuler gagal lindungi ulama dan ajaran Islam. Demokrasi dengan hak asasi manusianya yang menjamin kebebasan beragama nyatanya tidak mampu memberi jaminan tersebut kepada umat islam. Pada system kapitalis sekuler mengangungkan kebebasan, sekaligus menyingkirkan peran agama dai kehidupan. Kalau pun diberi ruang, agama hanya menjadi pilihan dan bukan kewajiban.
Perlakuan buruk terhadap ulama sering terjadi karena sistem sekuler tidak menghormati ulama. Semua keputusan ekonomi, politik, pemerintah, dan sebagainya diambil tanpa merujuk kepada petunjuk Allah SWT Sang Khaliq .
Dalam kehidupan seperti ini, ulama seolah tidak punya peran. Ulama hanya didengar jika memberi tausiyah yang menyenangkan. Namun ketika ulama meluruskan yang bengkok, maka pemuja kebatilan pun murka dan membuat makar pada sang ulama.
Dengan demikian, sejatinya tidak ada pilihan lain bagi kaum muslim selain bersegera mencampakkan system demokrasi sekuler dan menggantinya dengan sistem dan pemimpin yang amanah. Karena dua hal ini tidak bisa dipisahkan. Hanya dengan sistem Islam yang sudah pasti mampu menjaga ulama dan umat Islam secara keseluruhan serta menghasilkan pemimpin yang amanah karena dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan kepada allah Maha pencipta. Pemimpin yang sadar bahwa hidup hanya untuk beribadah kepada Allah dan apa yang dilakukan di dunia pasti di pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT.
Sungguh beda dalam sistem Khilafah Islam yang tegak atas aqidah Islam. pemerintah dijalankan sesuai syariat islam islam. sehingga Khilafah butuh orang-orang yang paham ilmu agama, yakni para ulama.
Dalam Islam kedudukan ulama dimuliakan dan Allah memberikan pernyataan akan memerangi siapa saja yang memerangi dan menyakiti ulama. Ulama adalah termasuk wali Allah. Dari Abu Hurairah sesungguhnya Allah SWT berfirman : “Barang siapa yang memusuhi waliku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya”. (HR. Al Bukhari).
Dalam Islam peran ulama dan konstribusinya terhadap umat begitu penting. Ulama mengemban amanah untuk menyebarkan risalah Islam. melakukan amar makruf nahi munkar bersama umat. Umat dan ualam adalah satu kesatuan penting yang menjadi pilar pengukuh Negara. Ulama juga berperan sebagai penasehat/ pengontrol penguasa agar pemerintahan berjalan sesuai dengan syariat Allah SWT. Ulama juga berkonstribusi sebagai penerang umat dalam urusan dunia dan akhirat. Ulama juga mengingatkan para penguasa yang tidak menerapkan hokum Allah dan berlaku zalim. Ulama juga memberikan arahan dan masukkan terkait kebijakan dan maslahatan umat.
Setiap kali ulama memberi nasihat, penguasa Islam akan memperhatikannya. Para Penguasa dalam Khilafah senantiasa mendekat pada ulama dan mendengarkan nasihat mereka. Di masa Khilafah Bani Umayyah, ulama bernama Atha’ bin Abi Rabah menghadap pada khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Atha’ bin Abi Rabah didudukan di sebelah singgasana sang Khalifah.
Hisyam yang mendengarkan ucapan atha’ tiba-tiba menangis luar biasa sambil memukul-mukul tongkatnya ke tanah. Lalu Hisyam sambil menangis berkata, “Jazakillah khairan”. Setelah itu, atha’ bin Abi Rabah pun keluar. Atha’ bin Rabah tidak minum sedikit pun dari segelas air yang telah disediakan.
Dakwah adalah sebuah kewajiban dan amalan yang sangat mulia. Banyak ayat Alquran maupun hadist Nabi SAW yang menjelaskannya. Diantaranya lihat Qs Fushilat (41): 31, Qs Ali Imran (3): 104,110 dan Qs. Al Ashr (103): 3.
Dalam Negara Khilafah, aktivitas ini tentu mendapat dukungan penuh. Negara akan mendorong seluruh warganya untuk melakukannya dan menjamin tertunainya kewajiban ini tanpa ada tekanan maupun ancaman.
Tugas utama polisi adalah menjaga keamanan dalam negeri. Selain itu juga mereka ditugasi untuk menjaga system, mensupervisi keamanan di dalam negeri dan melaksanakan seluruh aspek teknis/eksekusi.
Tugas dan tanggung jawab polisi memang berat, tetapi dengan ketakwaan dan tsaqafah Islam yang ditanamkan secara mendalam kepada mereka, maka tugas berat itu pun bisa mereka jalankan dengan keikhlasan sebagai ibadah kepada Allah.
Para polisi akan menangkap para perusuh, pengacau keamanan, atau siapa pun yang berusaha menakut-nakuti atau mengintimidasi para ulama dan pengemban dakwah.
Di Negara Khilafah, kezaliman ini akan diselesaikan lembaga peradilan yang disebut Mahkamah Mazalim, sebuah peradilan yang dipimpin oleh Qadhi madzalim untuk menghilangkan kezaliman Negara terhadap orang yang beraa di bawah wilayah kekuasaannya.
Di Negara Khilafah akan mengirim para ulama dan para dai ke seluruh penjuru dunia untuk menyebarkan Islam ke seluruh umat manusia. Itu karena mengemban dakwah islam adalah aktivitas utama Daulah Khilafah Islamiyah selain penerapan hukum-hukum Islam di dalam negeri.
Demikianlah bukan kebetulan Khilafah menyelesaikan permasalahan di negeri ini termasuk permasalahan terror terhadap ulama. Khilafah memiliki seperangkat kebijakan dan menerapkan aturan yang semuanya berasal dari Allah SWT Sang Khaliq, Sang Pencipta manusia juga bumi dan seluruh isinya. Wallahu a’lam bishsawab.