Malam Nisfu Syaban, Pindahnya Arah Kiblat Umat Islam
Oleh : Amal Fathullah
Staf Pengajar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Banjarmasin
Pendahuluan
Malam Nisfu Syaban tahun 1444 Hijiriyah bagi masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya umat Islam merupakan waktu yang ditunggu–tunggu, karena dianggap sakral, mulia juga bersejarah. Pengalaman tahun sebelumnya, sebagian besar tempat ibadah umat Islam di Kota Banjarmasin dan sekitarnya dipenuhi jamaahnya. Mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa dan orang tua semuanya berkumpul untuk melaksanakan beberapa amaliyah, menjelang waktu Magrib hingga Isya.
Misalnya, Masjid Masjid Raya Sabilal Muhtadin, sejak lama melaksanakan kegiatan keagamaan malam Nisfu Syaban, seperti diungkapkan Sekretaris Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Samsul Rani, ibadah dimulai dari Shalat Magrib berjamaah, membaca Surah Yasin, kemudian diakhiri dengan Salat Isya berjamaah.
“Malam Nisfu Syaban di masjid Raya Sabilal Muhtadin tahun ini dilaksanakan Selasa malam, 7 Maret 2023,” ujar Samsul Rani yang juga dosen pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin.
Mengenai alasan pada tanggal tersebut, berdasarkan penanggalan Masehi, malam Nisfu Syaban dengan perhitungan penanggalan Hijriah, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama RI, karena menyebutkan 1 Syaban 1444 H/2023M jatuh 22 Februari 2023 lalu.
Perpindahan Arah Kiblat
Sekilas jika melihat sejarah Nisfu Syaban, ada peristiwa besar yang tidak bisa dilupakan oleh ummat muslim, karena pada momentum ini terkait pemindahan arah kiblat dari masjid Al-Aqsha di Plestina ke arah Kabah Baitullah di Masjidil Haram kota Makkah, Arab Saudi 14 abad lalu. Peristiwa perpindahan arah kiblat terjadi sekitar 622-623 Masehi pada malam Nisfu Syaban, tepatnya Selasa setelah 17 bulan Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah. Peristiwa sejarah ini, tertulis dalam surah Al Baqarah Ayat 142, 143, dan 144.
Bulan ini juga dipercaya, adalah momentum penyerahan laporan catatan semua amalan manusia baik dan buruk, karena terjadi pergantian buku catatan amal ummat Islam. Sehingga wajarlah jika bulan Nisfu Syaban termasuk malam penuh dengan rahmat sekaligus sakral.
Menurut al-Qurthubi ketika menafsirkan Al Qur’an surah Al-Baqarah ayat 144 dalam kitab “al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, dengan mengutip pendapat Abu Hatim al-Basti yang mengatakan Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk memindah arah kiblat pada malam Selasa bulan Syaban yang bertepatan dengan malam Nisfu Syaban.
Adapun asbabun nuzul (latar belakang) perpindahan arah kibat, diantaranya Fakhruddin al-Razi dalam “Mafatih al-Ghaib” menyebutkan perpidahan arah Kiblat, karena Rasul mendengar orang-orang Yahudi waktu itu bergosip terkait Islam. Mereka bilang kalau Islam berbeda dengan Yahudi, tapi, kiblat sama. Selain itu alasan kepindahan, karena Masjidil Haram adalah kiblatnya Nabi Ibrahim. Sejak itu kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, melaksanakan salat lima waktu menyesuaikan arah kiblat, salah satu syarat sah menuju arah kiblat ke Baitullah, yaitu di masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Amaliah Nisfu Syaban
Dalam bahasa Arab, Nisfu dapat diartikan sebagai pertengahan, Sehingga Nisfu dipahami sebagai pertengahan bulan Syaban. Nisfu Syaban secara etimologi terdiri dari dua kata, yaitu nisfu yang artinya setengah atau pertengahan dan Syaban artinya bulan Sya’ban. Sedangkan secara terminologi Nisfu Syaban adalah pertengahan bulan Syaban jatuh hari ke-15. Ini seperti ditulis Munirah, melalui Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, Al-Risalah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Rakha Amuntai, Volume 13, Nomor 1 tahun lalu, “Nisfu Syaban Dalam Tradisi Masyarakat Banjar “(Studi Living Hadis Perspektif Sosiologi Pengetahuan Peter L. Berger).
Pada malam Nisfu Syaban, umat Islam dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam kebajikan. Diantaranya dengan bacaan Al-Qur’an di malam hari dan melaksanakan ibadah puasa sunah Nisfu Syaban di siang hari. Mengutip dokumentasi ceramah Abah Guru Sekumpul, Haji Muhammad Zaini bin Abdul Ghani tentang Malam Nisfu Syaban, dalam sebuah youtube pada Majelis Talim Almunawarah, setiap sore Selasa 7 September 2003 di antaranya pesan guru, memperbanyak shalawat kepada Rasul Allah SWT.
Banyak anjuran untuk menyemarakkan datangnya malam Nisfu Syaban ini. seperti dalam Buku “Risalah Amaliyah”, karya ulama besar daerah ini, HM Qusairi Hamzah, Ibnul Amin, Pemangkih, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) terbitan 19 September 2005/ 15 Syaban 1426 H, halaman 158, memuat doa tentang Nisfu Syaban, dan anjuran membaca surat yasin sebanyak tiga kali. Dengan urutan pertama doanya, adalah minta dipanjangkan umur untuk berbuat ibadah, kedua minta diluaskan rezeki yang halal bekal untuk ibadah, ketiga minta ditetapkan iman.
Dalam buku “Senjata Mukmin” terbitan asal Martapura, 1996, karya ulama besar, Husen Kaderi, pada halaman 91, disebutkan bahwa fadhilat membaca tasbih malam Nisfu Syaban, agar dijauhkan dari bala dan dimudahkan segala urusan setahun ke depan sampai Nisfu Syaban kembali.
Tentang Nisfu Syaban, Direktur Pascasarjana dan guru besar UIN Antasari, Prof DR Zulfa Jamalie, M.Pd pernah menelaah tentang isi Kitab “Parukunan” yang ditulis seorang ulama perempuan Banjar, yakni Fatimah binti Syekh Abdul Wahab Bugis, cucu perempuan pertama Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan keponakan dari Mufti Jamaluddin. Kemudian (Manuskrip Awal Ulama Perempuan Banjar) diterbitkan pada Jurnal, Puslitbang Lektur Khazanah Keagamanan Kemenag RI no 17 tahun 2019. Salah satu isi kitab perukunan tersebut ada pasal-pasal tentang kelebihan Nisfu Syaban.
Latihan Sebelum Ramadhan
Menurut perhitungan, setelah Nisfu Syaban, maka 15 hari ke depan tiba bulan Ramadhan 1444 H tahun ini, bulan penuh berkah dan magfirah, (keampunan), maka puasa Nisfu Syaban merupakan latihan awal, terutama bagi mereka yang baru memulai ibadah puasa, khususnya anak anak menuju usia baliq, sehingga bila bulan Ramadhan sudah terbiasa untuk puasa.
Terlepas dari pro dan kontra, tentang dalil maupun hadis yang digunakan untuk menyemarakkan datangnya malam Nisfu Syaban. Namun semangat untuk beribadah, perlu untuk diberikan motivasi, sehingga kegiatan malam penuh berkah ini, diharapkan mendapat berkah dari sang pencipta Allah SWT.
Kesimpulan
Malam Nisfu Syaban, adalah malam terdapatnya momentum bersejarah, terjadinya peristiwa besar, berpindahnya arah dari Masjidil Aqsa di Palestina, beralih ke kiblat Baitullah yang ada di Masjidil Haram di kota Makkah, Arab Saudi, 14 abad yang lalu.
Bagi masyarakat Kalsel, khususnya umat Islam, malam Nisfu Syaban umumnya sangat antusias melaksanakan berbagai amaliah, dengan berbagai persiapan, membawa bekal, peralatan, bahkan persedian air minum. Semoga melalui amaliyah malam Nisfu Syaban, kita semua dapat berkahnya dari Allah SWT.
