Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Hijrah “Disconnect” Momentum Tahun Baru Islam 1447 H

×

Hijrah “Disconnect” Momentum Tahun Baru Islam 1447 H

Sebarkan artikel ini

Oleh : Nor Hasanah, S.Ag, M.I.Kom.
Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin

Tak terasa, sang waktu berputar begitu cepat. Hanya dalam hitungan hari, tepatnya pada Jum’at, 27 Juni 2025, kita kembali merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah. Momen Tahun Baru Islam ini lebih dari sekadar pergantian angka di kalender. Ia adalah sebuah undangan agung untuk merenung, mengevaluasi diri, dan melakukan hijrah. Bukan hijrah fisik nan heroik seperti Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, namun hijrah yang tak kalah penting, tak kalah menantang, dan sangat relevan di era kita saat ini: Hijrah “Disconnect”: Meneladani Nabi, Menemukan Kembali Hakikat Kehidupan.

Baca Koran

Lantas, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Hijrah “Disconnect” ini? Ia adalah sebuah ajakan mulia untuk berani melepaskan diri sejenak dari belenggu gadget dan hiruk pikuk dunia digital yang serba cepat dan tak terbatas. Kita meneladani semangat hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah sebagai sebuah perpindahan strategis dari kondisi yang tidak kondusif menuju lingkungan yang lebih baik, lebih kondusif untuk tumbuh dan berkembang.

Dalam konteks kekinian, kita diajak berhijrah dari ketergantungan digital yang merusak menuju kedekatan sejati dengan Allah SWT: Sang Pencipta Jagat Raya. Gadget seringkali menjadi hijab atau penghalang antara kita dengan Sang Khaliq. Mari kita berani melakukan “disconnect” total dari gadget saat kita bersujud dalam shalat, saat lisan kita melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, atau saat hati kita berzikir mengingat-Nya. Beri waktu khusus dalam sehari, walau hanya 5-10 menit, untuk benar-benar fokus bermunajat, tanpa gangguan dering notifikasi atau getaran pesan. Bukankah kualitas ibadah jauh lebih penting daripada kuantitas “like” di media sosial? Hijrah ini adalah upaya untuk menemukan kembali kekhusyukan dan ketenangan spiritual yang hakiki.

Dengan Keluarga dan Orang-orang Tercinta, betapa berharganya momen makan malam bersama tanpa gadget di tangan. Betapa indahnya bercerita langsung dengan anak-anak, mendengarkan keluh kesah pasangan, atau berbincang hangat dengan orang tua, tanpa terinterupsi scroll timeline atau dering notifikasi. Kualitas komunikasi tatap muka jauh lebih dalam, personal, dan bermakna. Ia membangun ikatan emosional yang kuat, yang tak akan tergantikan oleh emoticon atau pesan teks. Data menunjukkan bahwa keluarga yang sering menghabiskan waktu berkualitas tanpa gadget cenderung lebih harmonis dan bahagia.

Baca Juga :  Paradoks Persatuan Umat dalam Haji dan Realita Bermasyarakat dan Bernegara

Dengan Diri Sendiri dan Lingkungan Sekitar. Pernahkah kita menyisihkan waktu untuk sekadar jalan-jalan pagi tanpa gadget, menghirup udara segar, mendengarkan kicau burung, atau menikmati indahnya mentari pagi? Hijrah “disconnect” memberi kita ruang untuk merenung, bersyukur, dan menyadari keindahan di sekitar kita yang selama ini terlewatkan karena mata kita selalu terpaku pada layar. Ini juga merupakan langkah krusial untuk menjaga kesehatan mental kita dari kelelahan digital dan stimulasi berlebihan. Memberi jeda pada otak, membiarkannya beristirahat dari bombardir informasi, adalah bentuk self-care yang vital.

Gadget: Pedang Bermata Dua

Tidak bisa dipungkiri, gadget dan dunia digital adalah anugerah di zaman ini. Mereka telah merevolusi cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi. Dengan gadget, kita bisa terhubung lintas batas, bersilaturahmi dengan kerabat jauh, teman lama, bahkan menjalin pertemanan baru di seluruh dunia. Akses ilmu tanpa batas, ribuan kajian Islam, buku digital, tutorial, dan informasi penting lainnya ada dalam genggaman. Ini adalah berkah yang luar biasa untuk meningkatkan literasi dan pengetahuan agama kita. Peluang ekonomi baru, berjualan online, bekerja jarak jauh, atau mengembangkan bisnis kreatif, semua dimungkinkan oleh teknologi ini, serta Dakwah yang lebih luas: Menyebarkan nilai-nilai Islam, kebaikan, dan inspirasi melalui media sosial dengan jangkauan tak terbayangkan.

Namun, seperti pedang bermata dua, gadget juga menyimpan potensi bahaya jika kita tak bijak mengelolanya. Ia bisa menjadi musibah yang merenggut esensi kehidupan kita. Fenomena sekarang ada istilah Paradoks Kedekatan dimana sering kita melihat orang-orang duduk semeja dengan keluarga inti, namun masing-masing asyik dengan smartphone sendiri. Kita terhubung secara virtual dengan ratusan teman di timeline, tapi terasa sangat jauh dari mereka yang duduk tepat di samping kita. Sering media sosial menampilkan sisi “sempurna” kehidupan orang lain. Kita mulai membandingkan diri, merasa kurang, cemburu, atau bahkan insecure. Ini mengikis rasa syukur dan memicu stres. Bahkan juga terhadap penurunan kualitas ibadah. Sedang shalat, pikiran melayang ke notifikasi gadget. Saat mengaji, pandangan seringkali melirik ponsel. Kekhusyukan terenggut, dan hubungan spiritual dengan Allah menjadi dangkal. Padahal, Al-Qur’an secara tegas mengingatkan kita untuk merenung dan berzikir dengan hati yang hadir.

Baca Juga :  YAHYA

Inilah inti masalahnya, kita seringkali “connect” secara berlebihan dengan dunia maya, namun justru “disconnect” dengan dunia nyata, dengan orang-orang terdekat, dan bahkan dengan diri kita sendiri.

Solusi Cerdas

Lalu, bagaimana cara konkret untuk melakukan Hijrah “Disconnect” ini di tengah dunia kehidupan yang kian modern? Beberapa langkah sederhana yang mudah adalah dengan menentukan “Zona Bebas Gadget”. Jadikan meja makan, kamar tidur, atau ruang keluarga sebagai area di mana gadget dilarang keras saat anggota keluarga berkumpul. Ini akan mendorong interaksi langsung dan membangun kebersamaan.

Terapkan “Puasa Gadget”. Tentukan satu atau dua jam dalam sehari, atau satu sesi khusus di akhir pekan (misalnya setelah shalat Magrib atau Shubuh), untuk benar-benar meletakkan gadget dan fokus pada kegiatan offline: membaca buku, berbincang, bermain dengan anak, atau melakukan hobi.

Prioritaskan “Interaksi Nyata”. Jika ada pilihan berkomunikasi lewat chat atau bertemu langsung, pilihlah yang kedua, terutama untuk orang-orang terdekat. Kopi darat di tempat favorit tentunya lebih nikmat daripada video call! Termasuk juga “Selektif” dengan “Notifikasi”,: Matikan notifikasi dari aplikasi yang tidak terlalu penting agar kita tidak mudah terdistraksi dan terdorong untuk terus-menerus mengecek gadget.

Hijrah “Disconnect” ini sama sekali bukan berarti anti-teknologi, atau kita harus kembali ke zaman tanpa smartphone. Sama sekali tidak. Ini adalah tentang kontrol diri, tentang keseimbangan, dan tentang menetapkan prioritas. Gadget tetaplah alat yang sangat bermanfaat dan powerful, tapi jangan sampai ia mengendalikan hidup kita, merenggut waktu kita, atau bahkan menjauhkan kita dari hakikat kehidupan yang sesungguhnya.

Mari di Tahun Baru Islam 1447 Hijriah ini, kita bersama-sama berhijrah. Berhijrah menuju kedekatan yang lebih hakiki: kedekatan dengan Allah SWT melalui ibadah yang lebih khusyuk, kedekatan dengan keluarga dan orang-orang tercinta melalui interaksi yang bermakna, kedekatan dengan diri sendiri melalui refleksi dan ketenangan batin, serta kedekatan dengan lingkungan sekitar melalui kesadaran dan kepedulian. Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih bijak, lebih bahagia, lebih berkualitas dalam beribadah dan berinteraksi, serta mendapatkan keberkahan melimpah di tahun yang baru Islam ini. Aamiiin.

Iklan
Iklan