Banjir Dan Kepedulian Kita

Oleh : H. Ahdiat Gazali Rahma.
Pemerhati Lingkungan

Banjir yang melanda daerah Sumatera, sungguh sangat memilukan, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan update terkait korban meninggal dunia akibat bencana alam banjir hingga tanah longsor yang menerjang tiga provinsi di Pulau Sumatera mencatat lebih dari 400 orang meninggal dalam bencana banjir yang melanda beberapa wilayah Sumatera. Di Sumatera Utara, tercatat sebanyak 217 jiwa meninggal dunia dan 209 jiwa masih hilang. Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam konferensi pers Minggu (30/11/2025) menyebutkan, angka tersebut terus bertambah lantaran korban yang sebelumnya dilaporkan hilang mulai ditemukan. Dalam agama Islam itu sudah takdir yang harus diterima dan tak perlu mengeluh, yang diperlukan adalah kepedulian kita, terhadap mereka yang kena musibah tersebut, dan berharap, bertindak, berupaya, agar kejadian itu tak akan pernah terjadi lagi, maka apakah dia penguasa diwilayah tersebut, apakah dia pengusaha yang berkaitan dengan alam lingkungan disana, hendak berpikir dan bertindak agar semua perubatan jangan lagi mendatangkan musibah pada warga disana dilain waktu, bagi daerah lain itu menjadi sebuah pembalajaran semoga diwilayah di Indonesia dan belahan dunia tidak merasakan apa telah yang telah bangsa kita rasakan umummnya, dan penduduk Sumatera khususnya, kejadian itu sangat memilukan hati kita, kita sangat sedih melihat saudara yang tinggal disana dan menjadi korban banjir dan tanah longsung itu. Yang kita bisa lakukan saat ini adalah yakni :

1. Bersifat peduli kepada alam dan masyarakat yang tertimpa masalah tersebut, dan berniat agar segala macam rnacan (program) atau kegiatan dikemudian hari yang dapat menyebabkan terjadi masalah seperti itu, sejauh mungkin ditinggalkan, dihindarkan.
2. Bersifat peduli kepada masyakat yang tertimpa masalah tersebut dengan memberikan bantuan, dengan jumlah yang di tentukan oleh pemegang kekuasaan seperti para peejabat, pegawai negeri, penguasa, pegawai perusahaan, atau kata lain yang mempunyai kedudukan Formal, untuk peduli kepada korban, dengan memberikan bantuan yang terukur, mislnya setiap pegawai dimohon menyombang minimal 5% dari gajih yang diterima pada bulan januari 2026 ini, sehingga dapat terkumpul dana dalam bulan itu yang dapat memberikan sedikit harapan dan kegembiaraan bagi para korban.
3. Bersifat peduli dari penguasa dan pengusaha agar tidak lagi merncanakan (program) alam sekitar untuk dirubah karena dapat mendatangkan musbibah, biarkanlah alam itu berkembang sesuai habitatnya.
4. Bersifat peduli pada alam sekitar, sehingga apapun program yang akan dikerjakan jika itu menyangkut alam dan lingkungan sekitarnya, misi pertama bukan mencari keutungan yang sebanyak-banyaknya, sehingga melupakan akibat yang akan timbul dari pekerjaan itu dikemudian hari, tapi lewat kepedulian ini bukan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, tapi menghitung (mengkalkulasi) sejauh mana perencanaan dan kegiatan itu akan dapat mendatang kemasyalatan pada masyarakat umumnya dilingkuan tersebut tersebut, bukan sebaliknya yang penting penguasa untung, penguasa pendapat kesuksesan karena program itu, tapi masyarakat dikemuadian hari akan mendatang kerugian yang sangat besar, hal ini sejalan dengan firman Allah SWT, “Apabila berpaling (dari engkau atau berkuasa), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi serta merusak tanam-tanaman dan ternak. Allah tidak menyukai kerusakan”. (QS. Al Baqarah : 205)

Allah SWT sangat menekankan bahwa manusia, termasuk para pengusaha, memiliki peran sebagai khalifah (pengelola atau penjaga) di bumi, yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan perlindungan alam. Islam mengajarkan bahwa kegiatan ekonomi boleh dilakukan, namun tidak boleh sampai merusak keseimbangan lingkungan sekitarnya.